Kamis, 21 Desember 2017

KONSEP DAN MAKNA MEDIA KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN PEMBELAJARAN

BAB II
KONSEP DAN MAKNA MEDIA KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
Oleh :
Devi Syifa Kartika
Izma Falhatunnisa
Siti Karneni
Siti Syifa Nuragung Prayiti
Willy Lukman

A.  Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gesture tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Menurut Prof. Dedi Mulyana (2007) komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communico, yang berarti ‘sama’. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya “communication depens on our ability to understand one another” (Richard & Turner, 2007).
Menurut Larry Gonick (1993) pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan atau komunikasi tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan.

B.  Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan tatanan bahasa Indonesia yang mulanya dari kata communicare/communis yang artinya milik bersama atau sama. Kedua bahasa tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin. Apabila sang penyampai pesan melakukan komunikasi dengan lawan bicara, tidak bisa dipungkiri penyampai pesan harus berusaha sekeras mungkin agar yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh lawan bicara tersebut. Hal inilah yang dijadikan sebagai dasar mengapa komunikasi penting untuk dilakukan. Menurut para ahli, berikut adalah pengertian dasar dari komunikasi.
1.    Raymond Ross mengungkapkan bahwa komunikasi adalah mengirim simbol, memilih dan juga menyortir simbol tesebut dalam berbagai rupa yang nantinya diharapkan bisa membantu para pendengarnya untuk menanggapi apa yang dimaksud oleh komunikator.
2.    Colin Cherry mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan proses yang mana berbagai pihak yang terkait saling memberikan berbagai informasi yang bertujuan agar tujuan bersama serta apapun yang berkaitan dengan hubungan tersebut dapat tercapai dengan baik dan sesuai harapan.
3.    Kafried Knapp mengungkapkan bahwa komunikasi dianggap sebagai alat interaksi setiap pribadi dengan menggunakan bantuan simbol linguistik. Contoh, simbol verbal yang dikaitkan dengan perkataan setiap individu dan juga langsung di aplikasikan melalui tatap muka secara langsung ataupun dengan memanfaatkan berbagai simbol tertentu.
Dari beberapa definisi dan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks belajar dan pembelajaran komunikasi merupakan sarana penting bagi seorang guru dalam menyelenggarakan proses belajar dan pembelajaran dimana guru dapat membangun siswa tentang materi yang diajarkan melalui komunikasi guru sebagai sumber menyampaikan informasi yaitu tentang materi pelajaran kepada siswa dengan menggunakan simbol – simbol baik lisan, maupun tulisan, dan bahawa non verbal, sebaliknya siswa akan menyampaikan berbagai pesan sebagai respon kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah guna meningkatkan keberhasilan komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Komunikasi ini sejalan dengan pendapat R. Wayne Pace, Brant D. Peterson, dan M. Dallas Burnet (Effendi, 1984 : 32) yang menyatakan bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas : “to secure the understanding to established acceptance” dan ”to motivate action”.



C.  Jenis-jenis Komunikasi
Dalam bagian ini akan dibahas tentang berbagai jenis komunikasi yang terkait dengan guru dalam belajar dan pembelajaran. Jenis komunikasi tersebut meliputi :

1.    Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Dengan manipulasi kata-kata manusia dapat mengomunikasikan berbagai pesan rumit sekalipun seperti undang-undang, perhitungan matematika, sastra, dan ilmu pengetahuan lainnya. Bahkan, salah satu ukuran intelektual manusia adalah kemampuannya menyusun dan menyajikan tesis penelitian atau karya tulis ilmiah lainnya.
Oleh sebab itu, guru harus menguasai dengan baik cara melakukan komunikasi verbal agar tidak terjadi hambatan semantik diantaranya ketika berkomunikasi dengan siswa dalam belajar dan pembelajaran.
2.    Komunikasi Non-Verbal
Blake dan haroldsen (h:49)  dengan singkat mengemukakan bahwa : “komunikasi non-verbal adalah penyampaian dari pesan yang meliputi ketidakhadiran simbol-simbol atau perwujudan suara”. Termasuk dalam komunikasi non-verbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, kedekatan jarak, suara yang bukan kata atau parabahasa, sentuhan, dan cara berpakaian. Ada empat hal yang perlu dipahami berkenaan bahasa non-verbal yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran yaitu :
a)    Komunikasi non-verbal terikat dengan kebudayaan jadi bukan sifat instink manusiawi dan berbeda dari satu budaya ke budaya yang lainnya (Blake dan Haroldsen, h: 49-50).
b)   Isyarat non- verbal mengungkapkan makna : para ahli mengatakan bahwa porsi non-verbal  memberikan 70-90 arti yang ditarik orang dari pesannya. (hert, h: 112).
c)    Ketika pesan-pesan  non-verbal bertentangan dengan pesan verbal, kebanyakan orang memercayai pesan non-verbal (Heart, H:116).
d)   Tidak ada bahasa yang lengkap dan sempurna di dunia. Oleh sebab itu untuk melengkapi keterbatasan tersebut gunakanlah bahasa non-verbal (Mulyana, h: 245).
Dari uraian di atas dapat dipahami mengapa sebagaimana ditekankan oleh Gintings dalam “micro teaching” atau latihan praktik mengajar guru harus menggunakan bahasa tubuh seperti, movement, eye contact, dan gesture untuk memperjelas pemahaman siswa dan juga untuk memberikan kesan guna memotivasi siswa. Dengan penggunaan bahasa non- verbal lebih banyak alat indera yang dilibatkan dalam proses komunikasi dibandiingkan dengan hanya menggunakan bahasa verbal.
3.    Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi langsung atau tatap muka antara beberapa pribadi dengan menggunakan bahasa verbal dan non-verbal. Keuntungan komunikasi antar pribadi menurut Blake dan Haroldsen (h:30) adalah dapat dimanfaatkan semua pava indera dan juga dapat diperolehnya dengan segera umpan balik. Dengan demikian, dampak komunikasi termasuk kesalahan penafsiran dapat dengan segera pula diketahui dan dikoreksi.
Diantaranya hambatan yang dapat terjadi terjadi dalam komunikasi antar pribadi adalah sikap komunikasi masing-masing individu yang terlibat dalam komunikasi, perbedaan tingkat dan bidang pengalaman atau pengetahuan, perbedaan interest terhadap topik yang dibicarakan, perbedaan budaya, dan perbedaan status.
Hambatan-hambatan ini harus diperhatikan dengan serius oleh guru karena sangat potensial terjadi ketika guru membangun komunikasi dengan siswa dalam belajar dan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Guru harus berusaha memperoleh gambaran tentang perbedaan dan persamaan yang ada diantara sesama siswa. Berdasarkan gambaran tersebut guru dapat menciptakan iklim komunikasi yang kondusif bagi tercapainya hasil belajar secara maksimal.
Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar pribadi perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini (Kumar, 2000, h: 121-122) :
a)    Keterbukaan (Openess)
b)   Empati (Empathy)
c)    Dukungan (Supportiveness)
d)   Rasa positif (Positiveness)
e)    Kesetaraan (Equality)
4.    Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara individu dengan dirinya sendiri. Komunikasi intra pribadi ini sangat diperlukan bagi seorang guru untuk memahami peran, tanggung jawab, kewajiban, dan hak-haknya sebagai guru. Dengan komunikasi intrapribadi guru dapat melakukan instropeksi atau self evaluation tentang seberapa besar manfaat kehadirannya dalam kehidupan dan masa depan siswa. Komunikasi intrapribadi juga merupakan sarana bagi guru untuk menyadari kelemahan dankelebihannya berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi profesinya. Keberhasilan tugas yang dikomunikasikan ke dalam diri secara arif dan bijaksana akan menumbuhkan kebanggaan profesi yang positif terhadap kelanjutan pengabdiannya sebagai guru.

5.    Komunikasi Organisasi
Dalam konteks profesi guru, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terkait dengan kedudukan guru sebagai unsur sekolah dan lebih luas lagi sebagai anggota profesi. Terkait dengan itu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan nasional mendorong tumbuh kembangnya organisasi profesi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Di samping PGRI sebagai organisasi tertua dan telah banyak berjasa bagi kehidupan guru, kini telah banyak pula hadir asosiasi guru yang berbasis bidang studi.
Sebelumnya, pemerintah juga telah menginisiasi organisasi non-formal dalam bentuk kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya seperti KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah). Dalam kalangan dosen dikenal pula ISP (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia).
Semua organisasi tersebut adalah wadah bagi guru untuk bertukar dan berbagi pengalaman dalam profesinya termasuk dalam upaya meningkatkan belajar dan pembelajaran di sekolah masing-masing.
Mengingat manfaat dari eksistensi organisasi tersebut, maka pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam beberapa tahun terakhir telah membantu peningkatan kualitas kegiatan kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Bantuan tersebut diberikan melalui program pendampingan dan pemberian subsidi dana “Block Grant” untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dan pelatihan dan kegiatan peningkatan profesionalisme lainnya. Kegiatan kelompok kerja ini oleh pemerintah dilihat sebagai salah satu bentuk CPD (Continuous Professional Development) atau Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan bagi guru dan tenaga Kependidikan lainnya.
6.    Komunikasi Antar Budaya
Indonesia adalah negara Bhineka Tunggal Ika yang terdiri dari puluhan etnis, kelompok bahasa, dan kelompok-kelompok lainnya yang dapat dijadikan dimensi yang membedakan satu dengan lainnya. Di samping itu Indonesia adalah bagian dari kehidupan dunia yang semakin mengglobal. Mobilitas manusia dalam konteks antar negara dan ras juga semakin meningkat.
Dampaknya, berkumpulnya sejumlah individu yang berbeda suku, agama, bahkan ras di sekolah bahkan di kelas tidak dapat terelakkan. Sekolah dan kelas menjadi tempat terbentuknya masyarakat multi-budaya. Oleh sebab itu guru harus memiliki wawasan dan kompetensi mengelola komunikasi multi budaya di tempat mana ia mengabdi.
Untuk itu, dalam bab ini akan dikemukakan berbagai aspek praktis tentang kompetensi komunikasi antar budaya. Isi bab ini terutama dirangkum dari sebuah buku yang membahas secara komprehensif tentang komunikasi antar budaya yang ditulis oleh pakar kelas dunia dalam bidang tersebut yaitu Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dengan judul : “Communication Between Culture”.


a)    Definisi Komunikasi Antar Budaya
Samovar dan Porter mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai berikut : “...intercultural communication involves interaction between people whose cultural perceptions and symbol systems are distinct enough to alter the communication event”. Jadi komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antar manusia yang perbedaan persepsi dan sistem simbolnya cukup berpengaruh terhadap peristiwa komunikasi. Dari definisi diatas, ada tiga esensi yang dapat dielaborasi sebagai berikut ini.
Pertama, bahwa sekalipun secara fisik dan tanda-tanda lainnya dua kelompok atau lebih memiliki perbedaan, namun jika perbedaan tersebut tidak menimbulkan pengaruh terhadap kelancaran komunikasi maka ketika individu dari kedua kelompok tersebut berkomunikasi kurang tepat dikategorikan sebagai komunikasi antar budaya.
Kedua, terdapat kemungkinan dihindarkannya pengaruh negatif dari perbedaan budaya dalam proses komunikasi antar kelompok yang berbeda apabila kelompok-kelompok yang terlibat mau memahami dan menerima perbedaan diantara mereka dan menggunakan budaya baru yang mengupayakan adanya “common ground” sebagai jembatan budaya sehingga ketika berkomunikasi masing-masing kelompok berada pada posisi sama tinggi dan duduk sama rendah. Dengan sikap seperti itu, ketika terbentur dengan masalah perbedaan budaya, semua pihak berupaya mencari persamaan dan menekan perbedaan, bukan sebaliknya.
Ketiga, budaya dalam konteks komunikasi antar budaya tidak terbatas hanya pada konteks etnis, suku, atau ras. Budaya yang dimaksud disini mengandung arti yang lebih luas yaitu budaya kelompok. Kelompok disini diartikan sebagai sekumpulan individu yang memiliki beberapa persamaan yang memengaruhi sikap dan perilakunya termasuk perilaku komunikasi. Sebagai contoh, individu-individu yang selama bertahun-bertahun bekerja di suatu perusahaaan akan memiliki karakteristik yang khas sebagai pengaruh kebersamaannya di perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, setiap individu pada hakekatnya memiliki perilaku multibudaya di dalam dirinya. Implikasinya, setiap manusia adalah harus dipandang sebagai individu yang unik dalam konteks komunikasi antar budaya.
b)   Elemen Budaya
Samovar dan Porter (h:31-32) mengemukakan ada lima elemen budaya yaitu :
1)   Sejarah
2)   Agama
3)   Nilai-nilai
4)   Organisasi sosial
5)   Bahasa
Kelima elemen ini secara bersama-sama memengaruhi perilaku seseorang. Namun, kadar pengaruh setiap elemen bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Oleh sebab itu, sejumlah individu yang datang dari budaya yang sama memiliki beberapa karakteristik atau respon yang sama terhadap setimulus yang sama, tetapi juga memiliki karakteristik yang berbeda sehingga secara bersamaan akan memerlihatkan respon lain yang berbeda yang menjadi ciri khasnya.
Komunikasi pendidikan atau disebut humas meliputi pembicaraan hubungan masyarakat luas yang pesannya berupa masalah-masalah pendidikan.Jadi dalam kegiatan humas terkandung suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi pendidikan bukan hanya terjadi pada di sekolah saja, akan tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan.
Adapun pentingnya humas pendidikan atau komunikasi pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut:
1.      Merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam semua pelaksanaan pekerjaan guna memiliki sarana untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang dan akan dikerjakan.
2.      Merupakan alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
3.      Dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dari orang atau badan lain.
4.      Mendorong usaha seseorang atau suatu badan untuk membuka diri agar diberikan masukan dengan kritik dan saran dari orang lain.
5.      Dapat memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka memnuhi naluri untuk sekaku berkembang.
 Kegiatan humas selalu dilakukan dengan komunikasi. Jika ditinjau dari segi komunikasi, maka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Komunikasi Formal, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh petugas-petugas yang ditunjuk oleh lembaga atau instansi untuk melakukan kegiatan humas. Kegiatan komunikasi formal ini dilakukan secara sistematis, terencana tujuannya dan dinyatakan dengan jelas.
2.      Komunikasi Informal, yaitu semua pemindahan gagasan atau ide yang dilakukan melalui jalur yang tidak terencanakan telebih dahulu. Komunikasi informal mempunyai keuntungan antara lain :
a.       Penyebaran informasi dapat langsung kepada tujuannya karena tidak melalui prosedur tertentu.
b.      Tidak mengenal batas-batas organisasi sehingga lebih fleksibel.
c.       Komunikasi berlangsung dalam suasana yang akrab, dengan lebih banyak penjelasan yang rinci yang akhirnya bermanfaat bagi kelancaran komunikasi formal.
d.      Tidak mengenal batas waktu, artinya dapat dilakukan sewaktu-waktu (tidak mengenal hari libur).

D.  Model-model Komunikasi dan Model komunikasi dalam pendidikan
Sebagaimana definisi diatas, banyak juga pakar komunikasi yang mengajukan model komunikasi untuk membantu memahami arti, proses, unsur, penggunaan, dan tujuan komunikasi. Sebab gambaran akan diperkenalkan tiga model sebagaimana dirangkum berikut ini.

1.    Model Komunikasi Lasswell
Lasswell seorang pakar komunikasi pada tahun 1948 mengetengahkan model komunikasinya melalui pernyataannya yang sangat popular yaitu “who says in which channel to whom with what effect? (Mulyana, 2003, 136). Dalam konteks belajar dan pembelajaran, dari pernyataan Lasswell tersebut terdapat tiga hal yang dapat digaris bawahi.

Pertama unsur komunikasi yang terdiri dari
Who
:
Pengirim atau komunikator atau orang yang menyampaikan pesan atau guru.
Says what
:
Pesan atau materi pelajaran.
On what chanel
:
Media atau alat bantu mengajar.
To whom it may concern
:
Penerima atau komunikan atau siswa.
At what effect
:
Dampak atau hasil komunikasi atau hasil belajar siswa.
Kedua, model komunikasi Lasswell tidak melibatkan umpan balik atau “feedback” sehingga bersifat komunikasi satu arah dari guru kepada siswa. Gaya komunikasi ini dalam belajar dan pembelajaran kurang dapat diterima karena akan menyebabkan siswa pasif dan kurang membangkitkan daya kritisnya. Akibatnya hasil belajar dan pembelajaran kurang maksimal.
Ketiga, model komunikasi Lasswell tidak mempertimbangkan gangguan komunikasi. Model ini menggambarkan bahwa proses komunikasi akan selalu berhasil, padahal dalam kenyataannya banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan komunikasi termasuk dalam proses belajar dan pembelajaran.
2.    Model Komunikasi schramm
Ada dua hal yang harus digaris bawahi dari model komunikasi schramm (Ginting, 2004, h:21-220) sebagai berikut :
Pertama schramm memperkenalkan gagasan tentang penyandian atau encoding atau penyandian ulang atau decoding. Penyadian adalah proses pengemasan pesan atau maksud oleh pengirim atau komunikator ke dalam susunan simbol-simbol tertentu seperti Bahasa, tulisan, gerak tubuh, dan Bahasa non verbal . Penyandian ulang adalah proses sebaliknya, yaitu menginterpretasikan kode-kode atau simbol-simbol ke dalam makna oleh penerima atau komunikan. Dalam konteks belajar dan pembelajaran guru harus mengemas materi pelajaran yang akan disampaikan ke dalam bentuk simbol-simbol atau kalimat yang dapat dengan mudah diinterpretasi oleh siswa.
Kedua, model schramm memerhitungkan pengaruh pengalaman atau field of experience yang dimiliki oleh komunikator atau komunikan dalam mendukung keberhasilan komunikasi. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, salah satu aspek komunikasi yang harus dipertimbangkan oleh guru sebagai komunikator dalam mengemas pesan adalah jenjang dan luasnya pengalaman siswa sebagai komunikan dalam konteks materi pelajaran yang akan disampaikan, kesalahan dalam penyesuaian pesan dengan latar belakang pengalaman siswa akan berakibat terjadinya salah pengertian atau miscommnunication atau bahkan kegagalan komunikasi atau communication breakdown.
Dalam hal ini, akan dijelaskan mengenai model-model komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran yang dihubungkan dengan teori belajar. Adapun model komunikasi dalam pendidikan yang dikutip oleh Uniwa (2012) adalah sebagai berikut.
1.    Model Mekanistik
Model komunikasi mekanistis terdiri dari one way communication dan two way communication. Salah satu contoh model komunikasi mekanistis tipe one way communication adalah metode ceramah di dalam proses pembelajaran. Yaitu guru menyampaikan materi dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode ini komunikan (peserta didik) akan bersikap pasif. Karena mereka hanya mendengar dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut. Apabila guru ingin menggunakan metode ceramah, maka guru tersebut harus mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
a)  Dalam menyampaikan materi, guru harus menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Hindari membaca buku terlalu sering. Karena hal tersebut membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang guru.
b)  Show the best performance ketika tampil di depan kelas. Karena apabila guru memberikan representasi yang baik kepada peserta didiknya, maka para peserta didiknya itu akan menginterpretasi sang guru dengan baik. Begitupun sebaliknya. Guru yang memberikan representasi yang buruk, maka para peserta didiknya akan menginterpretasi yang kurang baik pula dari diri guru tersebut. Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif dari seorang guru menjadi hal yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.
Penggunaan model komunikasi mekanistik mampu merangsang siswa lebih aktif, agresif karena rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam pembelajaran juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya terhadap siswa.
2.    Model Interaksional
a) Terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
b) Komunikasi berlangsung dua arah dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan
c) Dalam perspektif interaksionalisme seorang individu merupakan suatu penggabungan antara individualisma dan masyarakat, artinya individu yang menggabungkan potensi kemanusiaannya melalui interaksi sosialnya. Sebagai contoh, pada saat mata pelajaran kesenian. Guru dan peserta didik harus sama-sama memiliki ketertarikan terhadap seni tersebut. Apabila ketertarikan atau kecenderungan antara guru dan peserta didik itu telah sama maka akan terdapat irisan kesamaan karakteristik antara guru dan peserta didik, yaitu menyenangi kesenian. Jika hal ini telah tercipta maka proses pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Model interaksional sangat ideal digunakan dalam pembelajaran dikelas. Model interaksional memungkinkan adanya interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan guru, ataupun siswa dengan siswa itu sendiri dan siswa dengan lingkungannya, maka proses pembelajaran akan terasa lebih hidup. Dan siswa pun akan merasa puas atas semua pertanyaan dan jawaban dari guru yang dirasa belum dimengerti. Maka model interaksional perlu ada dalam pembelajaran.
3.    Model Psikologis
a) Model komunikasi psikologis mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif
b) Model komunikasi psikologis yaitu memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
c) Media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap
d) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau kepribadian manusia. Korelasinya dengan pembelajaran psikologi adalah salah satu cara untuk menganalisis kepribadian atau tingkah laku peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yaitu behaviour change.
Model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat bukan hanya faktor fisik semata, tapi aspek psikologis setiap individu turut memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang individu akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek pendidikan, yaitu kegiatan belajar. Sebagai contoh, guru hendaknya tidak memaksakan diri untuk menyampaikan semua materi ketika ia melihat kondisi psikologis peserta didiknya tidak mendukung. Hendaknya guru tersebut berkomunikasi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat menganalisis masalah apa yang sedang terjadi dan bagaimanakah penanganannya. Jadi, guru harus mampu berkomunikasi secara psikologis dengan peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran yaitu behaviour change tersebut dapat tercapai.
4.    Model Pragmatis
Model pragmatis ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki dua arah unsur yang dipandang amat penting, yaitu:
1)  Tindakan atau perilaku individu, yang dipandang sebagai unsur fundamental fenomenan komunikasi; inipun dianggap sebagai ‘Lokus’ komunikasi yang akibatnya komunikasi dipandang sama atau identik dengan perilaku itu sendiri.
2)  Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini muncul akibat dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu dipandang terjadi dalam suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan, sehingga keberurutan tindakan atau perilaku individu itu menjadi penting (Hawes, 1973) yang dikutip oleh uniwa (2012).
Model komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar bila di guru dapat mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. Guru dapat memanfaatkan kondisi atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat memanfaatkan model komunikasi ini dalam proses pembelajaran. Apabila model komunikasi pragmatis ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. Penerapam model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki korelasi dengan keterampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistis, psikologis, dan interaksional.


E.  Fungsi Komunikasi
Liliweri (2004, h: 66-77) mengemukakan bahwa secara umum ada empat fungsi komunikasi dalam organisasi. Keempat fungsi komunikasi tersebut dapat diadopsi ke dalam konteks belajar dan pembelajaran sebagai dikemukakakn berikut ini :
1.      To tell atau mejelaskan, komunikasi berfungsi menginformasikan atau menjelaskan materi pelajaran termasuk informasi-informasi lain yang diperlukan siswa dalam proses pendidikannya.
2.      To sell atau menjual gagasan, komunikasi berfungsi menjual isi kurikulum yang meliputi system nilai, gagasan, fakta, dan sikap yang diharapkan akan diadopsi atau dimiliki oleh siswa.
3.      To learn atau belajar, komunikasi berfungsi sebagai sarana yang diperlukan baik oleh siswa maupun guru untuk belajar tentang kompetensi yang diperlukannya, tentang dirinya, tentang orang lain, dan tentang lingkungannya.
4.      To decide atau memutuskan, fungsi ini berkaitan dengan bagaimana guru, siswa, dan masyarakat sekolah lainnya memutuskan mengkomunikasikan keputusannya tentang pilihan-pilihan yang dibuatnya, pendistribusian tanggung jawab dan hak, kebijakan, dan lain sebagainya.

F.   Unsur – unsur Komunikasi
Merujuk kepada berbagai definisi dan model komunikasi, terdapat sejumlah unsur-unsur komunikasi sebagaimana diuraikan berikut ini:

1.    Pengirim atau komunikator
Komunikator adalah yang menginisiasi pengirim pesan.Dalam konteks belajar dan pembelajaran peran sebagai komunikator ini dapat diperankan oleh guru maupun siswa. Sehingga terjadi komunikasi dua arah, ketika guru meyampaikan materi pelajaran kepada siswa, ia berperan sebagai komunikator siswa sebagai komunikan, sebaliknya jika siswa bertanya atau menyampaikan jawaban pertanyaan kepada guru, siswa sebagai komunikatordan guru sebagai komunikan. Dilihat dari segi kompetensi komunikasi, keberhasilan komunikasi diantaranya ditentukan oleh dua faktor :
a)    Kemampuan komunikator dalam mengemas pesan yang akan disampaikan.
b)   Kemampuan komunikan dalam menginterpretasikan pesan yang diterimanya.


2.    Penyandian atau encoding
Yaitu proses yang dilakukan oleh komunikator untuk mengemas maksud atau pesan yang ada dalam pikiran seseorang menjadi simbol-simbol : suara, tulisan, gerakan tubuh, untuk dapat dikirimkan kepada komunikan. Dalam belajar dan pembelajaran yang akan disampikannya kepada siswa harus dalam bentuk tulisan, ucapan, gerakan.
a)      Pesan atau message, adalah maksud atau informasi yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui simbol-simbol. Jadi dapat dikatakan bahwa pesan adalah sesuatu atau makna yang terkandung dalam simbol-simbol.Pesan inidapat berbentuk verbal atau ucapan dan tulisan, atau berbentuk non verbal berupa gerak tubuh atau ekspresi wajah. Dalam belajar dan pembelajaran, pesan ini adalah materi pelajaran.
b)      Saluran dan media, saluran adalah tempat dimana pesan dalam bentuk simbol-simbol tadi dilewatkan dari komunikator ke komunikan.Bagi manusia saluran komunikasi ini diantaranya panca-indera yang dapat berupa pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan rasa. Oleh sebab itu manusia dapat mengirimkan pesan secara tertulis melalui surat, papan tulis, buku, faxicimile, dan lain sebagainya. Pesan dalam bentuk suara dapat disampaikan secara langsung atau melalui pengeras suara, cassette recorder, CD player, radio, dan lain sebagainya.Pesan dalam bentuk audio visual dapat disampaikan lewat film projector, TV, dan lain sebagainya. Semua ini dapat digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran.
c)      Penyandian ulang atau decoding, yaitu proses yang dilakukan oleh komunikan untuk menginterpretasikan simbol-simbolyang diterimanya menjadi makna. Pemahaman penerima terhadap pesan yang diterimanya merupakan hasil komunikasi. Pemahaman siswa tentang penjelasan guru atau sebaliknya interpretasi guru terhadap jawaban siswa adalah proses penyandian ulang atau decoding
d)     Penerima atau komunikan, adalah penerima pesan atau individu atau kelompok yang menjadi sasaran komunikasi.Ketika guru memberikan penjelasan kepada siswa, maka siswa berperan sebagai komunikan, sebaliknya, ketika siswa menyampikan jawaban atas pertanyaannya atau usulan kepada guru, maka guru lah yang berperan sebagai komunikan.
e)      Umpan balik atau feedback, adalah informasi yang kembali dari komunikan ke komunikator sebagai respon terhadap pesan yang disampikan oleh komunikator. Dari hasil umpan balik ini komunikator dapat mengetahui pemahaman dan reaksi komunikan terhadap pesan yang dikirimnya, dengan adanya umpan balik ini akan terbentuk arus komunikasi dua arah
Dalam konteks pendidikan, umpan balik ini sangat penting artinya bagi kenerhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan mengetahui apakan materi yang disampaikan telah difahami dana pa kesulitan siswa dalam memahami jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu dilakukannya.
Sebaliknya, umpan balik, dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.

G. Hambatan Komunikasi dan Hambatan Komunikasi Pendidikan
Hambatan komunikasi adalah tidak ada jaminan bahwa pesan yang kirimkan oleh komunikator akan diterima oleh komunikan sebagaimana yang dimaksud oleh komunikator. Terdapat empat hambatan dalam komunikasi yaitu :
1.         Hambatan Semantik
Hambatan atau gangguan semantik atau gangguan bahasa yaitu gangguan yang di akibatkan oleh kesalahan dalam menfsirkan pesan oleh komunikan.Hal ini disebabkan oleh pemakaian kata dan tata bahasa yang tidak tepat, serta perbedaan pengertian terhadap istilah tertentu.Sehingga, tidak jarang pesan diterima sebagaimana yang dikirimkan tetapi maknai secara berbeda oleh penerima.
2.         Hambatan Saluran
Adalah hambatan yang mempengaruhi keutuhan fisik simbol – simbol yang dikirimi oleh komunikator kepada komunikan.
3.         Hambatan Sistem
Adalah pesan yang disampaikan tidak akan tiba pada pihak yang memerlukan informasi yang tepat dan cepat jika tidak tersedia sistem formal yang efektif.
4.         Hambatan Hubungan Interpersonal
Terkait dengan hambatan sistem, sikap seseorang dalam memandang dan manfaat komunikasi akan menentukan apakah saling mendukung atau menghindar terjadinya komunikasi.
Dalam proses pembelajaran, ada beberapa faktor yang menjadi hambatan proses komunikasi atau dikenal dengan istilah barriers atau noises. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
1.      Faktor internal
Hambatan yang berasal dari dalam diri penerima pesan atau pembelajar itu sendiri, berupa:
a.       Hambatan psikologis
Hambatan ini meliputi minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, dan pengetahuan. Pembelajar yang senang terhadap mata pelajaran, topik, serta pengajarnya tentu lain belajarnya dibandingkan dengan pembelajar yang benci atau tidak menyukai semua itu.



b.      Hambatan fisik
Hambatan ini meliputi kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh.Seorang pengajar perlu untuk tidak memaksakan pesan yang disampaikan harus diterima dengan cepat oleh pembelajar. Guru perlu melihat kondisi di kelas tentang hal-hal yang dapat menghambat proses penerimaan pesan.
2.      Faktor eksternal
Merupakan hambatan yang berasal dari pembelajar, seperti:



a.       Hambatan kultural
Hambatan ini meliputi membedakan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang dapat menjadi sumber salah paham.
b.      Hambatan lingkungan
Merupakan hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses pembelajaran ditempat yang tenang, sejuk, dan nyaman, tentu akan berbeda hasilnya jika dibandingkan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel.
Dengan berbagai hambatan di atas, baik dari dalam diri pengajar maupun pembelajar, baik sewaktu-waktu men-encode (proses penuangan pesan maupun men-decode-nya (proses penafsiran), seringkali berlangsung secara tidak efektif atau kurang mencapai hasil yang diinginkan. Maka untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan berbagai alat dan media yang dapat berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan.
Menurut Hamalik (1982: 22) menyatakan bahwa media komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi guna tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal. Sedangkan media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Adapun ciri-ciri dari media pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan.
2.      Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.
3.      Digunakan dalam rangka komunikasi dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
4.      Merupakan semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
5.      Merupakan “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
6.      Sebagai alat dan sebagai tehnik yang sangat erat pertaliannya dengan metode ajar.
Dari sini dapat dikatakan, posisi media berfungsi membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Misalnya, perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya ingat, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dan diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi, seorang pengajar dapat mengatasi sikap pasif pembelajar. Maka fungsi media pembelajar adalah untuk:
1.      Menimbulkan kegairahan belajar bagi pembelajar
2.      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara pembelajar dengan lingkungan kenyataan, dan
3.      Memungkinkan pembelajar dapat belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Secara umum kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti yang dikutip oleh Sanaky (2011: 15), sebagai berikut:
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
1)        Obyek yang terlalu besar, dapat digantiakn dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
2)        Obyek yang kecil-kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
3)        Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed phtography.
4)        Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, DVC, film bingkai, foto, maupun secara verbal.
5)        Objek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
6)        Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi, dapat diatasi sikap pasif anak didik. Maka posisi media pembelajaran sangat berguna.
Selain itu, dengan sikap yang unik pada tiap pembelajar ditambah lagi dengan lingkungan serta pengalaman yang berbeda, sementara kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap pembelajar, pengajar akan banyak mengalami kesulitan, bilamana semuanya itu diatasi sendiri. Masalah ini dapat diatasi pengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang berfungsi untuk:
1)        memberikan perangsang yang sama
2)        mempersamakan pengalaman, dan
3)        menimbulkan persepsi yang sama.
Dengan demikian, pengajar harus banyak latihan membuat serta menggunakan media pembelajaran apabila ingin menjadi pengajar yang profesional.

H.  Arah Komunikasi
Dalam proses dn pembelajaran ada tiga arah komunikasi yang mungkin terjadi baik secara terpisah maupun secara kebersamaan. Ketiga arah komunukasi tersebut adalah :

1.         Komunikasi satu arah
Dalam belajar pembelajaran yang bernuansa komunikasi satu arah, penyampaian pesan atau informasi atau gagasan berlangsung hanya satu arah dari guru ke siswa. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan guru juga tidak berusaha mengajukan pertanyaan untuk di jawab oleh siswa.

2.      Komunikasi dua arah
Dalam belajar dan pembelajaran yang bernuansa komunikasi dua arah, penyampaian pesan atau informasi atau gagasan berlangsung hanya dua arah dari guru ke siswa.Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasannya. Guru berusaha mengajukan pertanyaan untuk di jawab oleh siswa.
3.      Komunikasi multi arah
 Komunikasi terjadi antara guru dengan semua siswa dan diantarasesama siswa. Keuntungan yang diperoleh melalui komunikasi dua arah juga diperoleh dalam komunikasi  ini. Lebih dari ini, model komunikasi ini mengatasi kelemahan kedua model komunikasi terdahulu yaitu keterbatasan guru.Keterbatasan guru dapat diatasi oleh terjadinya dua hubungan siswa dengan siswa yaitu kolaborasi dan kooperasi.
Kolaborasi adalah berbagi (sharing) pengalaman dan gagasan diantara sesama siswa dengan kemampuan yang setara untuk mencapai keberhasilan bersama. Kooperasi adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkat kemampuannya dengan mana siswa yang memiliki kemampuan rendah. Dalam kooperasi siswa yang memiliki kemampuan justru akan lebih memantapkan pemahamannya tentang materi yang diajarkannya kepada temannya.

I.     Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif
1.    Prinsip pertama : Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya.  Rasa hormat dan saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid maka  akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.

2.    Prinsip kedua: emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan  saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.

3.    Prinsip ketiga: audible
Prinsip  audible  berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa  pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik.
Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut  kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.

4.    Prinsip keempat: Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.

5.    Prinsip kelima: Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.

J.    Guru dan Komunikasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Setelah dibahas dengan cukup luas mengenai berbagai aspek teknik komunikasi, perlu dikemukakan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sehubungan dengan membangun komunikasi yang kondusif dalam belajar dan pembelajaran. Sehubungan dengan itu, ada sejumlah saran kepada guru untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas profesinya.
Pertama, untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran. Guru harus memiliki kompetensi komunikasi karena komunikasi merupakan sarana dalam belajar dan pembelajaran. Diantaranya kompetensi komunikasi yang harus dikuasai guru adalah
a)    Kemampuan menggunakan bahasa pengantar yang efektif dan efisien, serta disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Kemampuan bahasa ini diperlukan dalam mengemas pesan agar mudah dipahami oleh siswa dan sebaliknya memahami pesan yang disampaikan siswa.
b)   Mengatur irama suara melalui pengaturan variasi nada dan kecepatan agar tidak membosankan siswa. Kebiasaan penyampaian materi dengan suara yang datar dan monotone akan sangat dirasakan oleh siswa terutama ketika guru menyampaikan materi dengan kompleksitas tinggi atau pada waktu menjelang pelajaran usai.
c)    Menggunakan bahasa non-verbal seperti gerakan tubuh (body language) atau gesture dan movement serta ekspresi lainnya untuk memberikan kesan dan tekanan terhadap materi penting yang disampaikan. Dengan dukungan bahasa non-verbal, maka lebih banyak alat indera siswa yang diaktifkan dan dengan sendirinya semakin banyak materi sajian yang terserap oleh siswa.
Kedua, guru harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kompetensi komunikasi yang baik sebagai syarat untuk mampu melakukan komunikasi yang produktif dalam arti efektif dan efisien. Seorang guru harus mampu mengemas pesan-pesan pembelajaran dengan baik meliputi susunan kalimat, tata bahasa, pemilihan istilah hingga menyesuaikan kemasan dengan latar belakang dan kemampuan dan pengalaman siswa.
Kegagalan guru dalam melakukan komunikasi yang tepat hanya akan membuat kegiatan belajar dan pembelajaran yang diselenggarakan kurang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi siswa.
Ketiga, guru harus menjamin bahwa semua siswa memiliki kesempatan dan memiliki keberanian mengemukakan pendapatnya dalam diskusi atau kegiatan belajar lainnya. Dengan demikian akan tercipta arus komunikasi yang multi arah sehingga semua siswa dapat mengekspresikan potensinya secara maksimal.
Terkait dengan hal ini, guru harus mampu mendeteksi terjadinya hambatan komunikasi terutama akibat dominasi siswa atau kelompok siswa tertentu terhadap siswa atau kelompok siswa lainnya. Dalam konteks pergaulan di sekolah, dalmpak lebih luas dari dominasi ini adalah terjadinya “bulimia” yaitu eksploitasi kelompok siswa tertentu terhadap kelompok siswa lainnya.
Keempat, disamping itu guru harus pula mampu membaca adanya rasa rendah diri pada sebagian siswa yang menyebabkannya enggan berpartisipasi dalam komunikasi dengan sesama temannya maupun dengan guru. Ketertutupan ini akan menyebabkan siswa tersebut kurang memiliki kesempatan memeroleh manfaar dari kegiatan belajar dan pembelajaran melalui kegiatan yang bersifat kooperatif dan kolaboratif.
Ketertutupan juga layak dikhawatirkan menjadi sebab siswa akan menghadapi kesulitan dalam kehidupan sosialnya kelak di kemudian hari. Dalam kasus seperti ini, guru harus mampu memilih dan memberikan motivasi yang paling tepat sesuai dengan pribadi dan latar belakang siswa agar dengan sikap seperti itu meningkatkan keterbukaan hati dan rasa percaya diri serta mendorongnya agar aktif berkomunikasi dengan guru dan sesama siswa lainnya.
Kelima, bagaimanapun kelas merupakan tempat dimana kehidupan berbangsa dan bernegara ditanamkan dalam jiwa siswa. Dalam konteks masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang pluralis, guru harus menciptakan iklim komunikasi yang mencerminkan kehidupan yang Bhineka Tunggal Ika. Lebih tegas lagi, guru harus mampu menciptakan kelas sebagai miniatur NKRI melalui penciptaan iklim komuniaksi yang kondusif. Dengan demikian sebagaimana ditekankan oleh Unesco, bahwa pendidikan diantaranya ditujuan untuk membentuk siswa yang mampu untuk “to live together” atau hidup bersama secara setara dan saling membantu.

K. Bentuk Penerapan
Dengan menerapkan beberapa bentuk penerapan komunikasi efektif dalam pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut.

1.    Tidak membanding-bandingkan
Komunikasi yang efektif bisa dilakukan dengan membuat pesan yang berisi sebuah kesan yang menghargai masing-masing individu dan tidak mencederai atau menyerang kepercayaan diri yang mereka miliki. Hal itu disebabkan karena apabila siswa dibanding-bandingkan, maka kepercayaan mereka akan runtuk dan pesan dari guru tidak akan banyak didengarkan karena mereka merasa itu semua sudah percuma untuk dilakukan.
Dengan tidak membanding-bandingkan siswa, tetapi berusaha untuk memberikan kontribusi yang baik pada masing-masing individu, itulah komunikasi pembelajaran yang efektif bisa terwujud dengan baik.

2.    Memerhatikan apa yang dikatakan oleh lawan bicara
Salah satu hal yang menyebabkan komunikasi menjadi terhambat adalah karena komunikan tidak benar-benar diperhatikan pesan dan juga keinginan. Akibatnya para komunikan pun juga akan sulis atau bahkan menolak untuk mencoba memahami dan mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jangan lupa bahwa menurut teori kognitivisme[1], kognitif manusia merupakan salah satu hal yang akan memperngaruhi pesan komunikasi. Dengan memerhatikan pesan komunikan, atau feedback yang diberikan oleh komunikan dalam komunikasi yang tengah berlangsung ataupun pada komunikasi sebelumnya, maka komunikasi yang efektif lebih besar kemungkinannya untuk diwujudkan.

3.    Mencoba untuk memahami dan tidak berkomentar
Sebagaimana telah jelaskan diatas, komunikan sangat beragam, akan tetapi mayoritas atau sebagian besar dari komunikan memiliki perasaan harga diri yang sensitif, terlebih yang diajak bicara adalah anak-anak ataupun remaja. Mereka sangat peka dan tentunya harus diperlakukan dengan cara yang berbeda.
Dengan mencoba untuk memahami dan tidak langsung mengomentari, terutama dengan nada atau kesan yang menggurui, merupakan suatu bentuk upaya untuk bisa melakukan komunikasi dengan efektif pada peserta didik. Ini adalah salah satu contoh komunikasi langsung[2] yang baik pada peserta didik.

4.    Mecoba untuk memahami seutuhnya
Selain masalah tidak diperhatikan, komunikasi yang efektif juga tidak akan bisa berjalan apabila kita hanya memahami sebagian pesan dari lawan bicara kita. Oleh karena itulah, agar komunikasi yang efektif bisa berjalan, dibutuhkan suatu upaya untuk memahami terlebih dahulu pesan dan juga maksud yang dibuat oleh komunikan atau lawan bicara kita.
Dengan demikian, guru bisa berupaya untuk meminta murid atau peserta didiknya, dan sebaliknya, agar mereka bisa menyampaikan pesan dengan utuh sekaligus mencoba untuk memahaminya secara keseluruhan agar maksud keduanya bisa saling ditangkap dengan baik dan benar. Dengan demikian komunikasi efektif akan berjalan.

5.      Tidak menilai
Menilai sebenarnya adalah tuntutan alamiah seseorang. Tidak peduli apakah kamu orang jahat ataupun tidak, semua orang memiliki kecenderungan untuk secara alamiah menilai karakter atau mungkin kemampuan seseorang. Akan tetapi, dalam hal komunikasi pembelajaran, penilaian tersebut bisa menjadi bumerang bermata dua apabila tidak ditempatkan pada posisi yang tepat. hal ini sebagaimana yang terdapat dalam teori classical conditioning[3].
Ada kecenderungan murid menolak atau tidak ingin diberikan penilaian tertentu, bahkan ketika mereka dinilai secara blak-blakan di depan umum, harga dirinya akan jatuh dan komunikasi yang akan dilakukan dengannya tidak bisa dilakukan dengan baik karena mereka sendiri tidak ingin menjalankan hal tersebut. Oleh karena itulah sebaiknya penilaian disimpan oleh sang guru, atau bila pun harus diutarakan usahakan untuk mencari momen yang tepat beserta saran dan juga bantuan terhadap sang peserta didik.

6.    Tidak menasihati terlalu cepat
Nasihat adalah hal yang diperlukan baik oleh orang dewasa, remaja, ataupun anak-anak. Para murid pun juga membutuhkan hal tersebut. Akan tetapi menasihati terlalu cepat justru akan menghasilkan kerugian karena murid bisa jadi tidak berada dalam posisi yang baik untuk menerima nasihat tersebut. Maksudnya adalah, bisa jadi peserta didik belum membutuhkan nasihat tersebut karena mereka masih terpaku atau masih membicarakan tentang hal lain.
Oleh karena itu, cobalah untuk berkomunikasi denga  tujuan memahami mereka dengan baik sebagai salah satu wujud komunikasi pembelajaran yang efektif terutama dalam pengembangan diri seorang peserta didik.
7.      Tidak merasa selalu benar
Perasaan superior yang terwujud dalam pandangan bahwa seseorang selalu benar akan menghambat komunikasi efektif bisa berjalan dengan baik. Maka dari itu, salah satu bentuk penerapan komunikasi yang efektif adalah dengan menyampaikan pesan tanpa adanya perasaan superior atau merasa selalu benar.
Dengan menghindari perasaan tersebut, maka dalam pembelajaran yang dilakukan, murid dan guru akan sama-sama berkomunikasi dengan lancar dan baik karena satu sama lain akan saling menghormati dan menghargai pandangan masing-masing, dan apabila terjadi perbedaan pendapat akan didiskusikan dengan tujuan untuk mencari yang paling benar dan  bukan untuk membenarkan diri sendiri.

8.      Fokus pada topik pembicaraan
Komunikasi yang efektif dalam pembicaraan berikutnya adalah berkaitan dengan topik apa yang sedang dibicarakan. Dalam hal ini, topik pembicaan yang dibicarakan dalam ranah pembelajaran idealnya tentu saja berkaitan dengan masalah pembelajaran itu sendiri. Dengan fokus pada topik pembicaraan yaitu mata pelajaran yang sedang dipelajari, maka guru atau murid bisa berkomunikasi dengan efektif pada topik tersebut.
Berpindah-pindah topik alias tidak fokus pada topik tertentu akan membuat pembelajaran yang dilakukan terasa tidak efektif dan juga membosankan khususnya bagi para siswa yang memiliki posisi sebagai pihak yang menjadi komunikan dalam komunikasi pembelajaran tersebut, oleh karena itu guru memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam masalah komunikasi pembelajaran utamanya dalam menjaga fokus pembicaraan yang sedang berlangsung.

9.         Menghadirkan suasana yang nyaman
Suasana  yang nyaman dalam komunikasi merupakan salahsatu syarat dan bentuk komunikasi yang efektif dalam pembelajaran. Sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, seorang guru berperan cukup besar dalam masalah komunikasi pembelajaran. Salah satunya peran guru dalam hal ini adalah untuk memberikan kondisi komunikasi yang nyaman dalam belajar.
Menyampaikan pesan dengan orientasi untuk membuat siswa merasa nyaman dengan lingkungan pembelajaran yang dia miliki merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif. Guru bisa melakukan hal ini dengan melakukan komunikasi keakraban menggunakan media pembelajaran yang unik seperti terdapat pada ciri ciri media pembelajaran, dan lain sebagainya. Dengan demikian baik guru dan murid bisa terjalin komunikasi yang nyaman. Dengan cara itulah seseorang bisa belajar dengan baik.




10. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
Bentuk penerapan komunikasi efektif dalam pembelajaran berikutnya adalah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti atau ditangkap oleh komunikan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Mengapa hal ini sangat penting?
Perlu kita ketahui bersama bahwa disadari atau tidak, bahasa adalah sesuatu yang bisa mewakili pesan kita dengan efektif. Hanya dengan menggunakan bahasa inilah seseorang bisa menyampaikan berbagai macam ide atau gagasan secara fleksibel apabila dibandingkan dengan bentuk pesan yang lain. Selain itu, hampir sebagian besar komunikasi yang kita lakukan pun menggunakan media bahasa. Dengan kata lin, bahasa adalah media pesan yang paling sering kita gunakan, termasuk dalam hal komunikasi pembelajaran. Kamu bisa memahami sejarah media pembelajaran lebih jauh apabila kamu tertarik untuk mendalaminya.
Dengan melihat hal tersebut, maka tentu saja penggunaan bahasa yang mudah ditangkap oleh komunikan adalah suatu keharusan agar kita bisa memudahkan komunikan memahami apa yang kita sampaikan dengan mudah, dan dengan demikian komunikasi pembelajaran yang efektif pun bisa kita lakukan.
Selain sepuluh penerapan di atas, beberapa bentuk komunikasi efektif yang lain dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
·         Menyampaikan dengan bahasa nonverbal yang sesuai
·         Beradaptasi dengan keadaan komunikan
·         Memosisikan diri pada pihak yang sama
·         Melibatkan komunikan dalam pembelajaran
·         Menggunakan sarana atau media yang membantu.
Itulah beberapa bentuk penerapan komunikasi pembelajaran yang efektif dan bisa kamu terapkan dalam konteks pembelajaran ataupun konteks yang lain. Tentunya para guru harus benar-benar memahami bentuk komunikasi pembelajaran yang efektif agar mereka bisa mengajar siswanya dengan baik dan benar. Jangan lupa untuk mempelajari teori komunikasi intrapersonal supaya kamu bisa melakukan komunikasi pembelajaran pada tiap siswa didik dengan lebih efektif.

L.     PERANAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Media ini meliputi:


1.      Media Langsung
1)      Rapat-rapat formal yang diselenggarakan sekolah dengan mengundang orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam rapat ini disampaikan program sekolah dalam upaya peningkatan kegiatan dan mutu pendidikan.
2)      Pekan pendidikan, pada saat ini sekolah menampilkan prestasi dan kreasi para siswa sebagai sarana promosi sekolah.
3)      Hari ulang tahun sekolah. Acara ini dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak.
4)      Karyawisata, widyawisata gerak jalan atau sepeda santai bersama, dan lain-lain.
5)      Kunjungan rumah (Home Visit) untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak didik tertentu.

2.    Media Tidak Langsung
Sekolah mengadakan hubungan dengan masyarakat melalui:
1)  Media cetak berupa: bulletin atau majalah sekolah, Koran, brosur, leaflet, atau booklet.
2)  Media elektronika    :  telepon, siaran radio dan televise, video kaset, slide, dan computer.

M. KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Berdasarkan bagan diatas, keenam hal yang telah digambarkan tersebut adalah komponen komunikasi. Penjelasan mengenai komponen tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Sumber (Source) atau Sumber Berita
Merupakan tempat yang menunjuk pada asal diperolehnya suatu gagasan atau ide.Sumber ini harus jelas, lengkap dan mudah dipahami. Jika misalnya pesan yang diterima tidak jelas, kurang dimengerti, krang terperinci tentu akan disampaikan pada orang lain dengan tidak jelas, bahkan dapat terjadi makin tidak jelas.
2.      Pengirim Berita
Pengirim pesan atau ide disebut sebagai komunikator atau coder. Seperti telah disebutkan di atas, maka berita yang disampaikan kepada orang lain dapat bertambah tidak jelas disebabkan karena pengirim beritanya. Oleh karena itu bagian pengirim berita dituntut suatu persyaratan bahasa yang harus baik.
3.        Berita atau Pesan atau Isyarat (Message)
Berita yang disampaikan biasanya berbentuk symbol-simbol yang mengandung arti. Pesan tersebut dapat berupa:
a.    Gerak     : Lambaian tangan, anggukan kepala, kerlingan mata dan sebagainya.
b.    Suara     :    Dentuman meriam, klakson, dering, lonceng, bahasa, dan sebagainya.
c.    Benda    :    Tanda, tulisan, bendera putih, sabuk hitam dan sebagainya.
d.   Media atau Sarana Yaitu benda yang digunakan untuk menyampaikan berita misalnya, surat kabar (untuk berita tertulis), bahasa bermakna, televisi (berita bergambar dan suara), seorang penyanyi dan sebagainya.
4.      Penerima Berita (Komunikan)
Yaitu orang yang diberi berita atau orang yang menjadikan sasaran untuk dipengaruhi oleh pengirim berita.Dalam teori komunikasi antara pengirim berita dengan penerima berita harus ada kepentingan bersama, ada saling pengertian dan saling ketergantungan. Sebagai contoh jika tidak saling pengertian adalah penyampaian berita yang terlalu cepat (bagi penerima) maka tidak akan dipahami oleh penerima itu.
Tujuan Komunikasi
Seseorang yang mengirim berita tentu saja mempunyai tujuan untuk  mempengaruhi penerima pesan atau berita tersebut. Misalnya seseorang guru yang mengajarkan suatu pokok bahasan kepada siswa, maka disini guru berstatus sebagai pengirim berita dan siswa sebagai penerima berita.Tujuan pengiriman pesan adalah perubahan tingkah laku siswa dalam “memahami” sebagai respon dari pokok bahasan tersebut.
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas yang dikutip dari Fitrah (2012) mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
1.      Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
2.      Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
3.      Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.
4.      Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5.      Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.




[1] Salah satu teori belajar dalam kajian Psikologi yang menitikberatkan pada proses mental, termasuk bagaimana orang memandang, berpikir, mengingat, belajar, memecahkan masalah, dan mengarahkan perhatian mereka hanya kepada satu stimulus dibandingkan stimulus lainnya. (Jean Piaget, 1954).
[2] Komunikasi langsung dilakukan secara tatap muka dan tanpa media perantara lainnya.
[3] Teori ini menjelaskan bahwa bentuk paling sederhana dalam suatu proses belajar adalah pengondisian. (Ivan Petrovich Pavlov, 1904).

DAFTAR RUJUKAN
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/manajemen/185-komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran 
https://pakarkomunikasi.com/penerapan-strategi-komunikasi-dalam-pembelajaran 
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-pembelajaran 
https://www.scribd.com/document/85563669/Makalah-Komunikasi-Dalam-Proses-Pembelajaran
http://www.academia.edu/19978801/KOMUNIKASI_PENDIDIKAN_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN
http://www.academia.edu/22571709/KOMUNIKASI_EFEKTIF_DALAM_PEMBELAJARAN
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/22/konsep-dasar-komunikasi-pendidikan-2/
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/komunikasi-dalam-proses-pembelajaran/