BAB II
KONSEP DAN
MAKNA MEDIA KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
Oleh :
Devi Syifa Kartika
Izma Falhatunnisa
Siti Karneni
Siti Syifa Nuragung Prayiti
Willy Lukman
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gesture tubuh, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.
Menurut Prof. Dedi Mulyana (2007) komunikasi atau communication
berasal dari bahasa Latin communico, yang berarti ‘sama’. Secara
sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian
pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada
kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya “communication
depens on our ability to understand one another” (Richard & Turner,
2007).
Menurut Larry Gonick (1993) pada awalnya, komunikasi digunakan
untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme
awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka
sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti
tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan,
gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi
transaktif, komunikasi bertujuan atau komunikasi tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok
orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan
efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima
pesan.
B. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan tatanan bahasa Indonesia yang mulanya dari
kata communicare/communis yang artinya milik bersama atau sama.
Kedua bahasa tersebut merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin. Apabila
sang penyampai pesan melakukan komunikasi dengan lawan bicara, tidak bisa
dipungkiri penyampai pesan harus berusaha sekeras mungkin agar yang disampaikan
bisa diterima dengan baik oleh lawan bicara tersebut. Hal inilah yang dijadikan
sebagai dasar mengapa komunikasi penting untuk dilakukan. Menurut para ahli,
berikut adalah pengertian dasar dari komunikasi.
1.
Raymond Ross
mengungkapkan bahwa komunikasi adalah mengirim simbol, memilih dan juga
menyortir simbol tesebut dalam berbagai rupa yang nantinya diharapkan bisa
membantu para pendengarnya untuk menanggapi apa yang dimaksud oleh komunikator.
2.
Colin Cherry
mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan proses yang mana berbagai pihak yang
terkait saling memberikan berbagai informasi yang bertujuan agar tujuan bersama
serta apapun yang berkaitan dengan hubungan tersebut dapat tercapai dengan baik
dan sesuai harapan.
3.
Kafried Knapp
mengungkapkan bahwa komunikasi dianggap sebagai alat interaksi setiap pribadi
dengan menggunakan bantuan simbol linguistik. Contoh, simbol verbal yang
dikaitkan dengan perkataan setiap individu dan juga langsung di aplikasikan
melalui tatap muka secara langsung ataupun dengan memanfaatkan berbagai simbol
tertentu.
Dari beberapa
definisi dan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks belajar
dan pembelajaran komunikasi merupakan sarana penting bagi seorang guru dalam
menyelenggarakan proses belajar dan pembelajaran dimana guru dapat membangun
siswa tentang materi yang diajarkan melalui komunikasi guru sebagai sumber
menyampaikan informasi yaitu tentang materi pelajaran kepada siswa dengan
menggunakan simbol – simbol baik lisan, maupun tulisan, dan bahawa non verbal,
sebaliknya siswa akan menyampaikan berbagai pesan sebagai respon kepada guru
sehingga terjadi komunikasi dua arah guna meningkatkan keberhasilan komunikasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku dalam diri
siswa. Komunikasi ini sejalan dengan pendapat R. Wayne Pace, Brant D. Peterson,
dan M. Dallas Burnet (Effendi, 1984 : 32) yang menyatakan bahwa tujuan sentral
komunikasi terdiri atas : “to secure the understanding to established
acceptance” dan ”to motivate action”.
C. Jenis-jenis Komunikasi
Dalam bagian ini akan dibahas tentang berbagai jenis komunikasi
yang terkait dengan guru dalam belajar dan pembelajaran. Jenis komunikasi
tersebut meliputi :
1.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik lisan maupun tulisan. Komunikasi
verbal adalah komunikasi yang hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Dengan manipulasi kata-kata manusia dapat mengomunikasikan berbagai
pesan rumit sekalipun seperti undang-undang, perhitungan matematika, sastra,
dan ilmu pengetahuan lainnya. Bahkan, salah satu ukuran intelektual manusia
adalah kemampuannya menyusun dan menyajikan tesis penelitian atau karya tulis
ilmiah lainnya.
Oleh sebab itu, guru harus menguasai dengan baik cara melakukan
komunikasi verbal agar tidak terjadi hambatan semantik diantaranya ketika
berkomunikasi dengan siswa dalam belajar dan pembelajaran.
2.
Komunikasi
Non-Verbal
Blake dan haroldsen (h:49)
dengan singkat mengemukakan bahwa : “komunikasi non-verbal adalah
penyampaian dari pesan yang meliputi ketidakhadiran simbol-simbol atau
perwujudan suara”. Termasuk dalam komunikasi non-verbal adalah kontak mata,
ekspresi wajah, gerak tubuh, kedekatan jarak, suara yang bukan kata atau
parabahasa, sentuhan, dan cara berpakaian. Ada empat hal yang perlu dipahami
berkenaan bahasa non-verbal yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
menyelenggarakan belajar dan pembelajaran yaitu :
a)
Komunikasi
non-verbal terikat dengan kebudayaan jadi bukan sifat instink manusiawi dan
berbeda dari satu budaya ke budaya yang lainnya (Blake dan Haroldsen, h:
49-50).
b)
Isyarat non-
verbal mengungkapkan makna : para ahli mengatakan bahwa porsi non-verbal memberikan 70-90 arti yang ditarik orang dari
pesannya. (hert, h: 112).
c)
Ketika
pesan-pesan non-verbal bertentangan
dengan pesan verbal, kebanyakan orang memercayai pesan non-verbal (Heart,
H:116).
d)
Tidak ada
bahasa yang lengkap dan sempurna di dunia. Oleh sebab itu untuk melengkapi
keterbatasan tersebut gunakanlah bahasa non-verbal (Mulyana, h: 245).
Dari uraian di
atas dapat dipahami mengapa sebagaimana ditekankan oleh Gintings dalam “micro
teaching” atau latihan praktik mengajar guru harus menggunakan bahasa tubuh
seperti, movement, eye contact, dan gesture untuk memperjelas pemahaman siswa
dan juga untuk memberikan kesan guna memotivasi siswa. Dengan penggunaan bahasa
non- verbal lebih banyak alat indera yang dilibatkan dalam proses komunikasi
dibandiingkan dengan hanya menggunakan bahasa verbal.
3.
Komunikasi
Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang
terjadi dalam interaksi langsung atau tatap muka antara beberapa pribadi dengan
menggunakan bahasa verbal dan non-verbal. Keuntungan komunikasi antar pribadi
menurut Blake dan Haroldsen (h:30) adalah dapat dimanfaatkan semua pava indera
dan juga dapat diperolehnya dengan segera umpan balik. Dengan demikian, dampak
komunikasi termasuk kesalahan penafsiran dapat dengan segera pula diketahui dan
dikoreksi.
Diantaranya
hambatan yang dapat terjadi terjadi dalam komunikasi antar pribadi adalah sikap
komunikasi masing-masing individu yang terlibat dalam komunikasi, perbedaan
tingkat dan bidang pengalaman atau pengetahuan, perbedaan interest terhadap
topik yang dibicarakan, perbedaan budaya, dan perbedaan status.
Hambatan-hambatan
ini harus diperhatikan dengan serius oleh guru karena sangat potensial terjadi
ketika guru membangun komunikasi dengan siswa dalam belajar dan pembelajaran
baik di kelas maupun di luar kelas. Guru harus berusaha memperoleh gambaran
tentang perbedaan dan persamaan yang ada diantara sesama siswa. Berdasarkan
gambaran tersebut guru dapat menciptakan iklim komunikasi yang kondusif bagi tercapainya
hasil belajar secara maksimal.
Untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi antar pribadi perlu diperhatikan
faktor-faktor berikut ini (Kumar, 2000, h: 121-122) :
a)
Keterbukaan (Openess)
b)
Empati (Empathy)
c)
Dukungan (Supportiveness)
d)
Rasa positif (Positiveness)
e)
Kesetaraan (Equality)
4.
Komunikasi
Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara
individu dengan dirinya sendiri. Komunikasi intra pribadi ini sangat diperlukan
bagi seorang guru untuk memahami peran, tanggung jawab, kewajiban, dan
hak-haknya sebagai guru. Dengan komunikasi intrapribadi guru dapat melakukan
instropeksi atau self evaluation tentang seberapa besar manfaat kehadirannya
dalam kehidupan dan masa depan siswa. Komunikasi intrapribadi juga merupakan
sarana bagi guru untuk menyadari kelemahan dankelebihannya berkenaan dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi profesinya. Keberhasilan tugas yang
dikomunikasikan ke dalam diri secara arif dan bijaksana akan menumbuhkan
kebanggaan profesi yang positif terhadap kelanjutan pengabdiannya sebagai guru.
5.
Komunikasi
Organisasi
Dalam konteks profesi guru, komunikasi organisasi adalah komunikasi
yang terkait dengan kedudukan guru sebagai unsur sekolah dan lebih luas lagi
sebagai anggota profesi. Terkait dengan itu, pemerintah melalui Departemen
Pendidikan nasional mendorong tumbuh kembangnya organisasi profesi guru dan
tenaga kependidikan lainnya. Di samping PGRI sebagai organisasi tertua dan
telah banyak berjasa bagi kehidupan guru, kini telah banyak pula hadir asosiasi
guru yang berbasis bidang studi.
Sebelumnya, pemerintah juga telah menginisiasi organisasi
non-formal dalam bentuk kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya
seperti KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKKS
(Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah). Dalam
kalangan dosen dikenal pula ISP (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia).
Semua organisasi tersebut adalah wadah bagi guru untuk bertukar dan
berbagi pengalaman dalam profesinya termasuk dalam upaya meningkatkan belajar
dan pembelajaran di sekolah masing-masing.
Mengingat
manfaat dari eksistensi organisasi tersebut, maka pemerintah melalui Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam beberapa tahun
terakhir telah membantu peningkatan kualitas kegiatan kelompok kerja guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
Bantuan
tersebut diberikan melalui program pendampingan dan pemberian subsidi dana
“Block Grant” untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dan pelatihan dan
kegiatan peningkatan profesionalisme lainnya. Kegiatan kelompok kerja ini oleh
pemerintah dilihat sebagai salah satu bentuk CPD (Continuous Professional
Development) atau Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan bagi guru dan
tenaga Kependidikan lainnya.
6.
Komunikasi Antar
Budaya
Indonesia adalah negara Bhineka Tunggal Ika yang terdiri dari
puluhan etnis, kelompok bahasa, dan kelompok-kelompok lainnya yang dapat
dijadikan dimensi yang membedakan satu dengan lainnya. Di samping itu Indonesia
adalah bagian dari kehidupan dunia yang semakin mengglobal. Mobilitas manusia
dalam konteks antar negara dan ras juga semakin meningkat.
Dampaknya, berkumpulnya sejumlah individu yang berbeda suku, agama,
bahkan ras di sekolah bahkan di kelas tidak dapat terelakkan. Sekolah dan kelas
menjadi tempat terbentuknya masyarakat multi-budaya. Oleh sebab itu guru harus
memiliki wawasan dan kompetensi mengelola komunikasi multi budaya di tempat
mana ia mengabdi.
Untuk itu, dalam bab ini akan dikemukakan berbagai aspek praktis
tentang kompetensi komunikasi antar budaya. Isi bab ini terutama dirangkum dari
sebuah buku yang membahas secara komprehensif tentang komunikasi antar budaya
yang ditulis oleh pakar kelas dunia dalam bidang tersebut yaitu Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter dengan judul : “Communication Between Culture”.
a)
Definisi
Komunikasi Antar Budaya
Samovar dan Porter mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai
berikut : “...intercultural communication involves interaction between people
whose cultural perceptions and symbol systems are distinct enough to alter the
communication event”. Jadi komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antar
manusia yang perbedaan persepsi dan sistem simbolnya cukup berpengaruh terhadap
peristiwa komunikasi. Dari definisi diatas, ada tiga esensi yang dapat
dielaborasi sebagai berikut ini.
Pertama, bahwa
sekalipun secara fisik dan tanda-tanda lainnya dua kelompok atau lebih memiliki
perbedaan, namun jika perbedaan tersebut tidak menimbulkan pengaruh terhadap
kelancaran komunikasi maka ketika individu dari kedua kelompok tersebut
berkomunikasi kurang tepat dikategorikan sebagai komunikasi antar budaya.
Kedua, terdapat
kemungkinan dihindarkannya pengaruh negatif dari perbedaan budaya dalam proses
komunikasi antar kelompok yang berbeda apabila kelompok-kelompok yang terlibat
mau memahami dan menerima perbedaan diantara mereka dan menggunakan budaya baru
yang mengupayakan adanya “common ground” sebagai jembatan budaya sehingga
ketika berkomunikasi masing-masing kelompok berada pada posisi sama tinggi dan
duduk sama rendah. Dengan sikap seperti itu, ketika terbentur dengan masalah
perbedaan budaya, semua pihak berupaya mencari persamaan dan menekan perbedaan,
bukan sebaliknya.
Ketiga, budaya
dalam konteks komunikasi antar budaya tidak terbatas hanya pada konteks etnis,
suku, atau ras. Budaya yang dimaksud disini mengandung arti yang lebih luas
yaitu budaya kelompok. Kelompok disini diartikan sebagai sekumpulan individu
yang memiliki beberapa persamaan yang memengaruhi sikap dan perilakunya
termasuk perilaku komunikasi. Sebagai contoh, individu-individu yang selama
bertahun-bertahun bekerja di suatu perusahaaan akan memiliki karakteristik yang
khas sebagai pengaruh kebersamaannya di perusahaan tersebut. Oleh sebab itu,
setiap individu pada hakekatnya memiliki perilaku multibudaya di dalam dirinya.
Implikasinya, setiap manusia adalah harus dipandang sebagai individu yang unik
dalam konteks komunikasi antar budaya.
b)
Elemen Budaya
Samovar dan Porter (h:31-32) mengemukakan ada lima elemen budaya
yaitu :
1)
Sejarah
2)
Agama
3)
Nilai-nilai
4)
Organisasi
sosial
5)
Bahasa
Kelima elemen ini secara bersama-sama memengaruhi perilaku
seseorang. Namun, kadar pengaruh setiap elemen bervariasi dari satu individu ke
individu lainnya. Oleh sebab itu, sejumlah individu yang datang dari budaya
yang sama memiliki beberapa karakteristik atau respon yang sama terhadap
setimulus yang sama, tetapi juga memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
secara bersamaan akan memerlihatkan respon lain yang berbeda yang menjadi ciri
khasnya.
Komunikasi pendidikan atau disebut humas meliputi pembicaraan
hubungan masyarakat luas yang pesannya berupa masalah-masalah pendidikan.Jadi
dalam kegiatan humas terkandung suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi
pendidikan bukan hanya terjadi pada di sekolah saja, akan tetapi dapat
menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan.
Adapun pentingnya humas pendidikan atau komunikasi pendidikan dapat
diterangkan sebagai berikut:
1.
Merupakan
kegiatan yang sangat diperlukan dalam semua pelaksanaan pekerjaan guna memiliki
sarana untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang
dan akan dikerjakan.
2.
Merupakan
alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
3.
Dapat
digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dari orang
atau badan lain.
4.
Mendorong
usaha seseorang atau suatu badan untuk membuka diri agar diberikan masukan
dengan kritik dan saran dari orang lain.
5.
Dapat
memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka memnuhi naluri untuk sekaku
berkembang.
Kegiatan humas selalu dilakukan
dengan komunikasi. Jika ditinjau dari segi komunikasi, maka dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1.
Komunikasi
Formal, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh petugas-petugas yang ditunjuk oleh
lembaga atau instansi untuk melakukan kegiatan humas. Kegiatan komunikasi
formal ini dilakukan secara sistematis, terencana tujuannya dan dinyatakan
dengan jelas.
2.
Komunikasi
Informal, yaitu semua pemindahan gagasan atau ide yang dilakukan melalui jalur
yang tidak terencanakan telebih dahulu. Komunikasi informal mempunyai
keuntungan antara lain :
a.
Penyebaran
informasi dapat langsung kepada tujuannya karena tidak melalui prosedur
tertentu.
b.
Tidak
mengenal batas-batas organisasi sehingga lebih fleksibel.
c.
Komunikasi
berlangsung dalam suasana yang akrab, dengan lebih banyak penjelasan yang rinci
yang akhirnya bermanfaat bagi kelancaran komunikasi formal.
d.
Tidak
mengenal batas waktu, artinya dapat dilakukan sewaktu-waktu (tidak mengenal
hari libur).
D. Model-model Komunikasi dan Model komunikasi dalam pendidikan
Sebagaimana definisi diatas, banyak juga pakar komunikasi yang
mengajukan model komunikasi untuk membantu memahami arti, proses, unsur,
penggunaan, dan tujuan komunikasi. Sebab gambaran akan diperkenalkan tiga model
sebagaimana dirangkum berikut ini.
1.
Model
Komunikasi Lasswell
Lasswell seorang pakar komunikasi pada tahun 1948 mengetengahkan
model komunikasinya melalui pernyataannya yang sangat popular yaitu “who says
in which channel to whom with what effect? (Mulyana, 2003, 136). Dalam konteks
belajar dan pembelajaran, dari pernyataan Lasswell tersebut terdapat tiga hal
yang dapat digaris bawahi.
Pertama
unsur komunikasi yang terdiri dari
Who
|
:
|
Pengirim atau komunikator atau orang yang menyampaikan pesan atau
guru.
|
Says
what
|
:
|
Pesan atau materi pelajaran.
|
On
what chanel
|
:
|
Media atau alat bantu mengajar.
|
To
whom it may concern
|
:
|
Penerima atau komunikan atau siswa.
|
At
what effect
|
:
|
Dampak atau hasil komunikasi atau hasil belajar siswa.
|
Kedua, model
komunikasi Lasswell tidak melibatkan umpan balik atau “feedback” sehingga
bersifat komunikasi satu arah dari guru kepada siswa. Gaya komunikasi ini dalam
belajar dan pembelajaran kurang dapat diterima karena akan menyebabkan siswa
pasif dan kurang membangkitkan daya kritisnya. Akibatnya hasil belajar dan
pembelajaran kurang maksimal.
Ketiga, model
komunikasi Lasswell tidak mempertimbangkan gangguan komunikasi. Model ini
menggambarkan bahwa proses komunikasi akan selalu berhasil, padahal dalam kenyataannya
banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan komunikasi termasuk dalam proses
belajar dan pembelajaran.
2.
Model
Komunikasi schramm
Ada dua hal yang harus digaris bawahi dari model komunikasi schramm
(Ginting, 2004, h:21-220) sebagai berikut :
Pertama schramm
memperkenalkan gagasan tentang penyandian atau encoding atau penyandian ulang
atau decoding. Penyadian adalah proses pengemasan pesan atau maksud oleh
pengirim atau komunikator ke dalam susunan simbol-simbol tertentu seperti
Bahasa, tulisan, gerak tubuh, dan Bahasa non verbal . Penyandian ulang adalah
proses sebaliknya, yaitu menginterpretasikan kode-kode atau simbol-simbol ke
dalam makna oleh penerima atau komunikan. Dalam konteks belajar dan
pembelajaran guru harus mengemas materi pelajaran yang akan disampaikan ke
dalam bentuk simbol-simbol atau kalimat yang dapat dengan mudah diinterpretasi
oleh siswa.
Kedua, model
schramm memerhitungkan pengaruh pengalaman atau field of experience yang
dimiliki oleh komunikator atau komunikan dalam mendukung keberhasilan
komunikasi. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, salah satu aspek komunikasi
yang harus dipertimbangkan oleh guru sebagai komunikator dalam mengemas pesan
adalah jenjang dan luasnya pengalaman siswa sebagai komunikan dalam konteks
materi pelajaran yang akan disampaikan, kesalahan dalam penyesuaian pesan
dengan latar belakang pengalaman siswa akan berakibat terjadinya salah
pengertian atau miscommnunication atau bahkan kegagalan komunikasi atau
communication breakdown.
Dalam hal ini,
akan dijelaskan mengenai model-model komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran yang dihubungkan dengan teori belajar. Adapun model komunikasi
dalam pendidikan yang dikutip oleh Uniwa (2012) adalah sebagai berikut.
1.
Model
Mekanistik
Model
komunikasi mekanistis terdiri dari one way communication dan two way
communication. Salah satu contoh model komunikasi mekanistis tipe one way
communication adalah metode ceramah di dalam proses pembelajaran. Yaitu guru
menyampaikan materi dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode
ini komunikan (peserta didik) akan bersikap pasif. Karena mereka hanya
mendengar dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut.
Apabila guru ingin menggunakan metode ceramah, maka guru tersebut harus
mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
a) Dalam menyampaikan materi, guru harus
menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Hindari membaca buku terlalu sering.
Karena hal tersebut membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang
dimiliki oleh sang guru.
b)
Show the best performance ketika tampil di depan kelas. Karena apabila
guru memberikan representasi yang baik kepada peserta didiknya, maka para
peserta didiknya itu akan menginterpretasi sang guru dengan baik. Begitupun
sebaliknya. Guru yang memberikan representasi yang buruk, maka para peserta
didiknya akan menginterpretasi yang kurang baik pula dari diri guru tersebut.
Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif dari seorang guru menjadi hal yang
harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.
Penggunaan
model komunikasi mekanistik mampu merangsang siswa lebih aktif, agresif karena
rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam pembelajaran
juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya
terhadap siswa.
2.
Model
Interaksional
a) Terjadi feedback atau umpan
balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana
setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak
sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
b) Komunikasi berlangsung dua arah
dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses
melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Bahwa model ini
menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen
yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau
tanggapan terhadap suatu pesan
c) Dalam perspektif
interaksionalisme seorang individu merupakan suatu penggabungan antara
individualisma dan masyarakat, artinya individu yang menggabungkan potensi
kemanusiaannya melalui interaksi sosialnya. Sebagai contoh, pada saat mata
pelajaran kesenian. Guru dan peserta didik harus sama-sama memiliki
ketertarikan terhadap seni tersebut. Apabila ketertarikan atau kecenderungan
antara guru dan peserta didik itu telah sama maka akan terdapat irisan kesamaan
karakteristik antara guru dan peserta didik, yaitu menyenangi kesenian. Jika
hal ini telah tercipta maka proses pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan
tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Model
interaksional sangat ideal digunakan dalam pembelajaran dikelas. Model
interaksional memungkinkan adanya interaksi dalam kelas baik antara siswa
dengan guru, ataupun siswa dengan siswa itu sendiri dan siswa dengan
lingkungannya, maka proses pembelajaran akan terasa lebih hidup. Dan siswa pun
akan merasa puas atas semua pertanyaan dan jawaban dari guru yang dirasa belum
dimengerti. Maka model interaksional perlu ada dalam pembelajaran.
3.
Model
Psikologis
a) Model komunikasi psikologis
mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara
berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif
b) Model komunikasi psikologis yaitu
memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah diperoleh peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
c) Media menjadi stimulus dari luar
diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap
d) Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku atau kepribadian manusia. Korelasinya dengan
pembelajaran psikologi adalah salah satu cara untuk menganalisis kepribadian
atau tingkah laku peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yaitu
behaviour change.
Model
komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat
bukan hanya faktor fisik semata, tapi aspek psikologis setiap individu turut
memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang
individu akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek
pendidikan, yaitu kegiatan belajar. Sebagai contoh, guru hendaknya tidak
memaksakan diri untuk menyampaikan semua materi ketika ia melihat kondisi
psikologis peserta didiknya tidak mendukung. Hendaknya guru tersebut
berkomunikasi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat menganalisis masalah
apa yang sedang terjadi dan bagaimanakah penanganannya. Jadi, guru harus mampu
berkomunikasi secara psikologis dengan peserta didiknya. Agar tujuan
pembelajaran yaitu behaviour change tersebut dapat tercapai.
4.
Model
Pragmatis
Model pragmatis
ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki dua arah
unsur yang dipandang amat penting, yaitu:
1) Tindakan atau perilaku individu, yang
dipandang sebagai unsur fundamental fenomenan komunikasi; inipun dianggap
sebagai ‘Lokus’ komunikasi yang akibatnya komunikasi dipandang sama atau
identik dengan perilaku itu sendiri.
2)
Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini
muncul akibat dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu
dipandang terjadi dalam suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan,
sehingga keberurutan tindakan atau perilaku individu itu menjadi penting
(Hawes, 1973) yang dikutip oleh uniwa (2012).
Model
komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar bila di guru dapat
mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. Guru dapat memanfaatkan
kondisi atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat
memanfaatkan model komunikasi ini dalam proses pembelajaran. Apabila model
komunikasi pragmatis ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui
metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan
tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran.
Penerapam model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki korelasi
dengan keterampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistis,
psikologis, dan interaksional.
E. Fungsi Komunikasi
Liliweri (2004, h: 66-77) mengemukakan bahwa secara umum ada empat
fungsi komunikasi dalam organisasi. Keempat fungsi komunikasi tersebut dapat
diadopsi ke dalam konteks belajar dan pembelajaran sebagai dikemukakakn berikut
ini :
1.
To tell atau
mejelaskan, komunikasi berfungsi menginformasikan atau menjelaskan materi
pelajaran termasuk informasi-informasi lain yang diperlukan siswa dalam proses
pendidikannya.
2.
To sell atau
menjual gagasan, komunikasi berfungsi menjual isi kurikulum yang meliputi
system nilai, gagasan, fakta, dan sikap yang diharapkan akan diadopsi atau
dimiliki oleh siswa.
3.
To learn atau
belajar, komunikasi berfungsi sebagai sarana yang diperlukan baik oleh siswa
maupun guru untuk belajar tentang kompetensi yang diperlukannya, tentang
dirinya, tentang orang lain, dan tentang lingkungannya.
4.
To decide atau
memutuskan, fungsi ini berkaitan dengan bagaimana guru, siswa, dan masyarakat
sekolah lainnya memutuskan mengkomunikasikan keputusannya tentang
pilihan-pilihan yang dibuatnya, pendistribusian tanggung jawab dan hak,
kebijakan, dan lain sebagainya.
F.
Unsur
– unsur Komunikasi
Merujuk kepada berbagai definisi dan model komunikasi, terdapat
sejumlah unsur-unsur komunikasi sebagaimana diuraikan berikut ini:
1.
Pengirim atau
komunikator
Komunikator adalah yang menginisiasi pengirim pesan.Dalam konteks
belajar dan pembelajaran peran sebagai komunikator ini dapat diperankan oleh
guru maupun siswa. Sehingga terjadi komunikasi dua arah, ketika guru
meyampaikan materi pelajaran kepada siswa, ia berperan sebagai komunikator
siswa sebagai komunikan, sebaliknya jika siswa bertanya atau menyampaikan
jawaban pertanyaan kepada guru, siswa sebagai komunikatordan guru sebagai
komunikan. Dilihat dari segi kompetensi komunikasi, keberhasilan komunikasi
diantaranya ditentukan oleh dua faktor :
a)
Kemampuan
komunikator dalam mengemas pesan yang akan disampaikan.
b)
Kemampuan
komunikan dalam menginterpretasikan pesan yang diterimanya.
2.
Penyandian atau
encoding
Yaitu proses yang dilakukan oleh komunikator untuk mengemas maksud
atau pesan yang ada dalam pikiran seseorang menjadi simbol-simbol : suara,
tulisan, gerakan tubuh, untuk dapat dikirimkan kepada komunikan. Dalam belajar
dan pembelajaran yang akan disampikannya kepada siswa harus dalam bentuk
tulisan, ucapan, gerakan.
a)
Pesan atau
message, adalah maksud atau informasi yang akan disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan melalui simbol-simbol. Jadi dapat dikatakan bahwa pesan adalah
sesuatu atau makna yang terkandung dalam simbol-simbol.Pesan inidapat berbentuk
verbal atau ucapan dan tulisan, atau berbentuk non verbal berupa gerak tubuh
atau ekspresi wajah. Dalam belajar dan pembelajaran, pesan ini adalah materi
pelajaran.
b)
Saluran dan
media, saluran adalah tempat dimana pesan dalam bentuk simbol-simbol tadi
dilewatkan dari komunikator ke komunikan.Bagi manusia saluran komunikasi ini
diantaranya panca-indera yang dapat berupa pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, dan rasa. Oleh sebab itu manusia dapat mengirimkan pesan secara
tertulis melalui surat, papan tulis, buku, faxicimile, dan lain sebagainya.
Pesan dalam bentuk suara dapat disampaikan secara langsung atau melalui
pengeras suara, cassette recorder, CD player, radio, dan lain sebagainya.Pesan
dalam bentuk audio visual dapat disampaikan lewat film projector, TV, dan lain
sebagainya. Semua ini dapat digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran.
c)
Penyandian
ulang atau decoding, yaitu proses yang dilakukan oleh komunikan untuk
menginterpretasikan simbol-simbolyang diterimanya menjadi makna. Pemahaman
penerima terhadap pesan yang diterimanya merupakan hasil komunikasi. Pemahaman
siswa tentang penjelasan guru atau sebaliknya interpretasi guru terhadap
jawaban siswa adalah proses penyandian ulang atau decoding
d)
Penerima atau
komunikan, adalah penerima pesan atau individu atau kelompok yang menjadi
sasaran komunikasi.Ketika guru memberikan penjelasan kepada siswa, maka siswa
berperan sebagai komunikan, sebaliknya, ketika siswa menyampikan jawaban atas
pertanyaannya atau usulan kepada guru, maka guru lah yang berperan sebagai
komunikan.
e)
Umpan balik
atau feedback, adalah informasi yang kembali dari komunikan ke komunikator
sebagai respon terhadap pesan yang disampikan oleh komunikator. Dari hasil umpan
balik ini komunikator dapat mengetahui pemahaman dan reaksi komunikan terhadap
pesan yang dikirimnya, dengan adanya umpan balik ini akan terbentuk arus
komunikasi dua arah
Dalam
konteks pendidikan, umpan balik ini sangat penting artinya bagi kenerhasilan
belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan
mengetahui apakan materi yang disampaikan telah difahami dana pa kesulitan
siswa dalam memahami jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu
dilakukannya.
Sebaliknya,
umpan balik, dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan
mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang
sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan
tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika
kurang memuaskan.
G. Hambatan Komunikasi dan Hambatan Komunikasi Pendidikan
Hambatan komunikasi adalah tidak ada jaminan bahwa pesan yang
kirimkan oleh komunikator akan diterima oleh komunikan sebagaimana yang
dimaksud oleh komunikator. Terdapat empat hambatan dalam komunikasi yaitu :
1.
Hambatan
Semantik
Hambatan atau gangguan semantik atau
gangguan bahasa yaitu gangguan yang di akibatkan oleh kesalahan dalam
menfsirkan pesan oleh komunikan.Hal ini disebabkan oleh pemakaian kata dan tata
bahasa yang tidak tepat, serta perbedaan pengertian terhadap istilah
tertentu.Sehingga, tidak jarang pesan diterima sebagaimana yang dikirimkan
tetapi maknai secara berbeda oleh penerima.
2.
Hambatan
Saluran
Adalah hambatan yang mempengaruhi
keutuhan fisik simbol – simbol yang dikirimi oleh komunikator kepada komunikan.
3.
Hambatan Sistem
Adalah pesan yang disampaikan tidak
akan tiba pada pihak yang memerlukan informasi yang tepat dan cepat jika tidak
tersedia sistem formal yang efektif.
4.
Hambatan
Hubungan Interpersonal
Terkait dengan hambatan sistem, sikap seseorang dalam memandang dan
manfaat komunikasi akan menentukan apakah saling mendukung atau menghindar
terjadinya komunikasi.
Dalam proses pembelajaran, ada beberapa faktor yang menjadi
hambatan proses komunikasi atau dikenal dengan istilah barriers atau noises.
Hambatan-hambatan tersebut adalah:
1.
Faktor
internal
Hambatan yang berasal dari dalam
diri penerima pesan atau pembelajar itu sendiri, berupa:
a.
Hambatan
psikologis
Hambatan ini meliputi minat, sikap,
pendapat, kepercayaan, intelegensi, dan pengetahuan. Pembelajar yang senang
terhadap mata pelajaran, topik, serta pengajarnya tentu lain belajarnya
dibandingkan dengan pembelajar yang benci atau tidak menyukai semua itu.
b.
Hambatan
fisik
Hambatan ini meliputi kelelahan,
sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh.Seorang pengajar perlu untuk
tidak memaksakan pesan yang disampaikan harus diterima dengan cepat oleh
pembelajar. Guru perlu melihat kondisi di kelas tentang hal-hal yang dapat
menghambat proses penerimaan pesan.
2.
Faktor
eksternal
Merupakan hambatan yang berasal dari
pembelajar, seperti:
a.
Hambatan
kultural
Hambatan ini meliputi membedakan
adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan.
Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang dapat
menjadi sumber salah paham.
b.
Hambatan
lingkungan
Merupakan hambatan yang ditimbulkan
oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses pembelajaran ditempat yang
tenang, sejuk, dan nyaman, tentu akan berbeda hasilnya jika dibandingkan proses
yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel.
Dengan berbagai hambatan di atas,
baik dari dalam diri pengajar maupun pembelajar, baik sewaktu-waktu men-encode
(proses penuangan pesan maupun men-decode-nya (proses penafsiran), seringkali
berlangsung secara tidak efektif atau kurang mencapai hasil yang diinginkan.
Maka untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan berbagai alat dan
media yang dapat berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan
pesan.
Menurut Hamalik (1982: 22)
menyatakan bahwa media komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang
digunakan oleh suatu organisasi guna tercapainya efisiensi dan efektivitas
kerja dengan hasil yang maksimal. Sedangkan media pendidikan adalah alat,
metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Adapun ciri-ciri dari media pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Media
pendidikan identik dengan pengertian keperagaan.
2.
Tekanan
utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.
3.
Digunakan
dalam rangka komunikasi dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
4.
Merupakan
semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
5.
Merupakan
“perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
6.
Sebagai
alat dan sebagai tehnik yang sangat erat pertaliannya dengan metode ajar.
Dari sini dapat dikatakan, posisi
media berfungsi membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Misalnya,
perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya ingat, cacat
tubuh, atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu
dan diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran.
Dengan menggunakan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi, seorang pengajar dapat mengatasi
sikap pasif pembelajar. Maka fungsi media pembelajar adalah untuk:
1.
Menimbulkan
kegairahan belajar bagi pembelajar
2.
Memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara pembelajar dengan lingkungan kenyataan,
dan
3.
Memungkinkan
pembelajar dapat belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Secara
umum kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti yang dikutip
oleh Sanaky (2011: 15), sebagai berikut:
1.
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan).
2.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
1) Obyek yang terlalu besar, dapat
digantiakn dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
2) Obyek yang kecil-kecil dibantu dengan
proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed phtography.
4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di
masa lalu, dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, DVC, film bingkai,
foto, maupun secara verbal.
5) Objek yang terlalu kompleks
(mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
6)
Konsep yang terlalu luas
(gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam
bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
Dengan menggunakan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi, dapat diatasi sikap pasif anak didik.
Maka posisi media pembelajaran sangat berguna.
Selain itu, dengan sikap yang unik
pada tiap pembelajar ditambah lagi dengan lingkungan serta pengalaman yang
berbeda, sementara kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
pembelajar, pengajar akan banyak mengalami kesulitan, bilamana semuanya itu
diatasi sendiri. Masalah ini dapat diatasi pengajar dengan menggunakan media
pembelajaran yang berfungsi untuk:
1) memberikan
perangsang yang sama
2) mempersamakan
pengalaman, dan
3) menimbulkan
persepsi yang sama.
Dengan demikian, pengajar harus
banyak latihan membuat serta menggunakan media pembelajaran apabila ingin
menjadi pengajar yang profesional.
H. Arah Komunikasi
Dalam proses dn pembelajaran ada tiga arah komunikasi yang mungkin
terjadi baik secara terpisah maupun secara kebersamaan. Ketiga arah komunukasi
tersebut adalah :
1.
Komunikasi satu
arah
Dalam belajar pembelajaran yang
bernuansa komunikasi satu arah, penyampaian pesan atau informasi atau gagasan
berlangsung hanya satu arah dari guru ke siswa. Siswa tidak diberi kesempatan
untuk menyampaikan gagasan dan guru juga tidak berusaha mengajukan pertanyaan
untuk di jawab oleh siswa.
2.
Komunikasi dua
arah
Dalam belajar dan pembelajaran yang
bernuansa komunikasi dua arah, penyampaian pesan atau informasi atau gagasan
berlangsung hanya dua arah dari guru ke siswa.Siswa diberi kesempatan untuk
menyampaikan gagasannya. Guru berusaha mengajukan pertanyaan untuk di jawab
oleh siswa.
3.
Komunikasi
multi arah
Komunikasi terjadi antara guru dengan semua
siswa dan diantarasesama siswa. Keuntungan yang diperoleh melalui komunikasi
dua arah juga diperoleh dalam komunikasi
ini. Lebih dari ini, model komunikasi ini mengatasi kelemahan kedua
model komunikasi terdahulu yaitu keterbatasan guru.Keterbatasan guru dapat
diatasi oleh terjadinya dua hubungan siswa dengan siswa yaitu kolaborasi dan
kooperasi.
Kolaborasi adalah berbagi (sharing)
pengalaman dan gagasan diantara sesama siswa dengan kemampuan yang setara untuk
mencapai keberhasilan bersama. Kooperasi adalah kerjasama antara siswa yang
berbeda tingkat kemampuannya dengan mana siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Dalam kooperasi siswa yang memiliki kemampuan justru akan lebih memantapkan
pemahamannya tentang materi yang diajarkannya kepada temannya.
I.
Prinsip-Prinsip
Komunikasi Efektif
1.
Prinsip pertama
: Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di
sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap
siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan
orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati
akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat
meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai.Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan
dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan
mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan
penghargaan secara tulus kepada para murid maka
akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar
menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
2.
Prinsip kedua: emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita dapat
membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita
untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan mengerti keberadaan,
perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau
penolakan dari penerima.
3.
Prinsip ketiga:
audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Berbeda dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana
guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan
baik, maka audible adalah menjamin bahwa
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik.
Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan
melalui media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan. Hal itu menuntut
kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau
alat bantu audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh para murid.
4.
Prinsip
keempat: Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat
pula berarti keterbukaan dan transparasi.Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses
belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah
kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5.
Prinsip kelima:
Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara agar orang lain merasa
nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi
dalam dua arah.
Komunikasi yang
efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan
siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada
lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami
dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat
mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus
terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam
kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
J.
Guru
dan Komunikasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Setelah dibahas dengan cukup luas mengenai berbagai aspek teknik
komunikasi, perlu dikemukakan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang
guru sehubungan dengan membangun komunikasi yang kondusif dalam belajar dan
pembelajaran. Sehubungan dengan itu, ada sejumlah saran kepada guru untuk
diterapkan dalam pelaksanaan tugas profesinya.
Pertama, untuk
meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas dalam menyelenggarakan belajar dan
pembelajaran. Guru harus memiliki kompetensi komunikasi karena komunikasi
merupakan sarana dalam belajar dan pembelajaran. Diantaranya kompetensi
komunikasi yang harus dikuasai guru adalah
a)
Kemampuan
menggunakan bahasa pengantar yang efektif dan efisien, serta disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa. Kemampuan bahasa ini diperlukan dalam mengemas pesan
agar mudah dipahami oleh siswa dan sebaliknya memahami pesan yang disampaikan
siswa.
b)
Mengatur irama
suara melalui pengaturan variasi nada dan kecepatan agar tidak membosankan
siswa. Kebiasaan penyampaian materi dengan suara yang datar dan monotone akan
sangat dirasakan oleh siswa terutama ketika guru menyampaikan materi dengan
kompleksitas tinggi atau pada waktu menjelang pelajaran usai.
c)
Menggunakan
bahasa non-verbal seperti gerakan tubuh (body language) atau gesture dan
movement serta ekspresi lainnya untuk memberikan kesan dan tekanan terhadap
materi penting yang disampaikan. Dengan dukungan bahasa non-verbal, maka lebih
banyak alat indera siswa yang diaktifkan dan dengan sendirinya semakin banyak
materi sajian yang terserap oleh siswa.
Kedua, guru
harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kompetensi komunikasi yang baik
sebagai syarat untuk mampu melakukan komunikasi yang produktif dalam arti
efektif dan efisien. Seorang guru harus mampu mengemas pesan-pesan pembelajaran
dengan baik meliputi susunan kalimat, tata bahasa, pemilihan istilah hingga
menyesuaikan kemasan dengan latar belakang dan kemampuan dan pengalaman siswa.
Kegagalan guru
dalam melakukan komunikasi yang tepat hanya akan membuat kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diselenggarakan kurang bermanfaat baik bagi dirinya maupun
bagi siswa.
Ketiga, guru
harus menjamin bahwa semua siswa memiliki kesempatan dan memiliki keberanian
mengemukakan pendapatnya dalam diskusi atau kegiatan belajar lainnya. Dengan
demikian akan tercipta arus komunikasi yang multi arah sehingga semua siswa
dapat mengekspresikan potensinya secara maksimal.
Terkait dengan
hal ini, guru harus mampu mendeteksi terjadinya hambatan komunikasi terutama
akibat dominasi siswa atau kelompok siswa tertentu terhadap siswa atau kelompok
siswa lainnya. Dalam konteks pergaulan di sekolah, dalmpak lebih luas dari
dominasi ini adalah terjadinya “bulimia” yaitu eksploitasi kelompok siswa
tertentu terhadap kelompok siswa lainnya.
Keempat,
disamping itu guru harus pula mampu membaca adanya rasa rendah diri pada
sebagian siswa yang menyebabkannya enggan berpartisipasi dalam komunikasi
dengan sesama temannya maupun dengan guru. Ketertutupan ini akan menyebabkan
siswa tersebut kurang memiliki kesempatan memeroleh manfaar dari kegiatan
belajar dan pembelajaran melalui kegiatan yang bersifat kooperatif dan
kolaboratif.
Ketertutupan
juga layak dikhawatirkan menjadi sebab siswa akan menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sosialnya kelak di kemudian hari. Dalam kasus seperti ini, guru harus
mampu memilih dan memberikan motivasi yang paling tepat sesuai dengan pribadi
dan latar belakang siswa agar dengan sikap seperti itu meningkatkan keterbukaan
hati dan rasa percaya diri serta mendorongnya agar aktif berkomunikasi dengan
guru dan sesama siswa lainnya.
Kelima,
bagaimanapun kelas merupakan tempat dimana kehidupan berbangsa dan bernegara
ditanamkan dalam jiwa siswa. Dalam konteks masyarakat Indonesia sebagai bangsa
yang pluralis, guru harus menciptakan iklim komunikasi yang mencerminkan
kehidupan yang Bhineka Tunggal Ika. Lebih tegas lagi, guru harus mampu
menciptakan kelas sebagai miniatur NKRI melalui penciptaan iklim komuniaksi
yang kondusif. Dengan demikian sebagaimana ditekankan oleh Unesco, bahwa
pendidikan diantaranya ditujuan untuk membentuk siswa yang mampu untuk “to live
together” atau hidup bersama secara setara dan saling membantu.
K. Bentuk Penerapan
Dengan menerapkan beberapa bentuk penerapan komunikasi efektif dalam
pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut.
1.
Tidak
membanding-bandingkan
Komunikasi
yang efektif bisa dilakukan dengan membuat pesan yang berisi sebuah kesan yang
menghargai masing-masing individu dan tidak mencederai atau menyerang
kepercayaan diri yang mereka miliki. Hal itu disebabkan karena apabila siswa
dibanding-bandingkan, maka kepercayaan mereka akan runtuk dan pesan dari guru
tidak akan banyak didengarkan karena mereka merasa itu semua sudah percuma
untuk dilakukan.
Dengan
tidak membanding-bandingkan siswa, tetapi berusaha untuk memberikan kontribusi
yang baik pada masing-masing individu, itulah komunikasi pembelajaran yang
efektif bisa terwujud dengan baik.
2.
Memerhatikan
apa yang dikatakan oleh lawan bicara
Salah
satu hal yang menyebabkan komunikasi menjadi terhambat adalah karena komunikan
tidak benar-benar diperhatikan pesan dan juga keinginan. Akibatnya para
komunikan pun juga akan sulis atau bahkan menolak untuk mencoba memahami dan
mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jangan lupa bahwa menurut
teori kognitivisme[1],
kognitif manusia merupakan salah satu hal yang akan memperngaruhi pesan
komunikasi. Dengan memerhatikan pesan komunikan, atau feedback yang diberikan
oleh komunikan dalam komunikasi yang tengah berlangsung ataupun pada komunikasi
sebelumnya, maka komunikasi yang efektif lebih besar kemungkinannya untuk
diwujudkan.
3.
Mencoba untuk
memahami dan tidak berkomentar
Sebagaimana
telah jelaskan diatas, komunikan sangat beragam, akan tetapi mayoritas atau
sebagian besar dari komunikan memiliki perasaan harga diri yang sensitif,
terlebih yang diajak bicara adalah anak-anak ataupun remaja. Mereka sangat peka
dan tentunya harus diperlakukan dengan cara yang berbeda.
Dengan
mencoba untuk memahami dan tidak langsung mengomentari, terutama dengan nada
atau kesan yang menggurui, merupakan suatu bentuk upaya untuk bisa melakukan
komunikasi dengan efektif pada peserta didik. Ini adalah salah satu contoh
komunikasi langsung[2]
yang baik pada peserta didik.
4.
Mecoba untuk
memahami seutuhnya
Selain
masalah tidak diperhatikan, komunikasi yang efektif juga tidak akan bisa
berjalan apabila kita hanya memahami sebagian pesan dari lawan bicara kita.
Oleh karena itulah, agar komunikasi yang efektif bisa berjalan, dibutuhkan
suatu upaya untuk memahami terlebih dahulu pesan dan juga maksud yang dibuat
oleh komunikan atau lawan bicara kita.
Dengan
demikian, guru bisa berupaya untuk meminta murid atau peserta didiknya, dan
sebaliknya, agar mereka bisa menyampaikan pesan dengan utuh sekaligus mencoba
untuk memahaminya secara keseluruhan agar maksud keduanya bisa saling ditangkap
dengan baik dan benar. Dengan demikian komunikasi efektif akan berjalan.
5.
Tidak menilai
Menilai
sebenarnya adalah tuntutan alamiah seseorang. Tidak peduli apakah kamu orang jahat
ataupun tidak, semua orang memiliki kecenderungan untuk secara alamiah menilai
karakter atau mungkin kemampuan seseorang. Akan tetapi, dalam hal komunikasi
pembelajaran, penilaian tersebut bisa menjadi bumerang bermata dua apabila
tidak ditempatkan pada posisi yang tepat. hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam teori classical conditioning[3].
Ada
kecenderungan murid menolak atau tidak ingin diberikan penilaian tertentu,
bahkan ketika mereka dinilai secara blak-blakan di depan umum, harga dirinya
akan jatuh dan komunikasi yang akan dilakukan dengannya tidak bisa dilakukan
dengan baik karena mereka sendiri tidak ingin menjalankan hal tersebut. Oleh
karena itulah sebaiknya penilaian disimpan oleh sang guru, atau bila pun harus
diutarakan usahakan untuk mencari momen yang tepat beserta saran dan juga
bantuan terhadap sang peserta didik.
6.
Tidak
menasihati terlalu cepat
Nasihat
adalah hal yang diperlukan baik oleh orang dewasa, remaja, ataupun anak-anak.
Para murid pun juga membutuhkan hal tersebut. Akan tetapi menasihati terlalu
cepat justru akan menghasilkan kerugian karena murid bisa jadi tidak berada
dalam posisi yang baik untuk menerima nasihat tersebut. Maksudnya adalah, bisa
jadi peserta didik belum membutuhkan nasihat tersebut karena mereka masih
terpaku atau masih membicarakan tentang hal lain.
Oleh
karena itu, cobalah untuk berkomunikasi denga
tujuan memahami mereka dengan baik sebagai salah satu wujud komunikasi
pembelajaran yang efektif terutama dalam pengembangan diri seorang peserta
didik.
7.
Tidak merasa
selalu benar
Perasaan
superior yang terwujud dalam pandangan bahwa seseorang selalu benar akan
menghambat komunikasi efektif bisa berjalan dengan baik. Maka dari itu, salah
satu bentuk penerapan komunikasi yang efektif adalah dengan menyampaikan pesan
tanpa adanya perasaan superior atau merasa selalu benar.
Dengan
menghindari perasaan tersebut, maka dalam pembelajaran yang dilakukan, murid
dan guru akan sama-sama berkomunikasi dengan lancar dan baik karena satu sama
lain akan saling menghormati dan menghargai pandangan masing-masing, dan
apabila terjadi perbedaan pendapat akan didiskusikan dengan tujuan untuk
mencari yang paling benar dan bukan
untuk membenarkan diri sendiri.
8.
Fokus pada
topik pembicaraan
Komunikasi
yang efektif dalam pembicaraan berikutnya adalah berkaitan dengan topik apa
yang sedang dibicarakan. Dalam hal ini, topik pembicaan yang dibicarakan dalam
ranah pembelajaran idealnya tentu saja berkaitan dengan masalah pembelajaran
itu sendiri. Dengan fokus pada topik pembicaraan yaitu mata pelajaran yang
sedang dipelajari, maka guru atau murid bisa berkomunikasi dengan efektif pada
topik tersebut.
Berpindah-pindah
topik alias tidak fokus pada topik tertentu akan membuat pembelajaran yang
dilakukan terasa tidak efektif dan juga membosankan khususnya bagi para siswa
yang memiliki posisi sebagai pihak yang menjadi komunikan dalam komunikasi
pembelajaran tersebut, oleh karena itu guru memiliki tanggung jawab yang cukup
besar dalam masalah komunikasi pembelajaran utamanya dalam menjaga fokus pembicaraan
yang sedang berlangsung.
9.
Menghadirkan
suasana yang nyaman
Suasana yang nyaman dalam komunikasi merupakan
salahsatu syarat dan bentuk komunikasi yang efektif dalam pembelajaran. Sebagai
mana telah disebutkan sebelumnya, seorang guru berperan cukup besar dalam
masalah komunikasi pembelajaran. Salah satunya peran guru dalam hal ini adalah
untuk memberikan kondisi komunikasi yang nyaman dalam belajar.
Menyampaikan pesan dengan orientasi
untuk membuat siswa merasa nyaman dengan lingkungan pembelajaran yang dia
miliki merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif. Guru bisa melakukan
hal ini dengan melakukan komunikasi keakraban menggunakan media pembelajaran
yang unik seperti terdapat pada ciri ciri media pembelajaran, dan lain
sebagainya. Dengan demikian baik guru dan murid bisa terjalin komunikasi yang
nyaman. Dengan cara itulah seseorang bisa belajar dengan baik.
10. Menggunakan bahasa yang mudah
ditangkap dan dimengerti
Bentuk penerapan komunikasi efektif
dalam pembelajaran berikutnya adalah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
atau ditangkap oleh komunikan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Mengapa
hal ini sangat penting?
Perlu kita ketahui bersama bahwa
disadari atau tidak, bahasa adalah sesuatu yang bisa mewakili pesan kita dengan
efektif. Hanya dengan menggunakan bahasa inilah seseorang bisa menyampaikan
berbagai macam ide atau gagasan secara fleksibel apabila dibandingkan dengan
bentuk pesan yang lain. Selain itu, hampir sebagian besar komunikasi yang kita
lakukan pun menggunakan media bahasa. Dengan kata lin, bahasa adalah media
pesan yang paling sering kita gunakan, termasuk dalam hal komunikasi
pembelajaran. Kamu bisa memahami sejarah media pembelajaran lebih jauh apabila
kamu tertarik untuk mendalaminya.
Dengan melihat hal tersebut, maka
tentu saja penggunaan bahasa yang mudah ditangkap oleh komunikan adalah suatu
keharusan agar kita bisa memudahkan komunikan memahami apa yang kita sampaikan
dengan mudah, dan dengan demikian komunikasi pembelajaran yang efektif pun bisa
kita lakukan.
Selain sepuluh
penerapan di atas, beberapa bentuk komunikasi efektif yang lain dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
·
Menyampaikan
dengan bahasa nonverbal yang sesuai
·
Beradaptasi
dengan keadaan komunikan
·
Memosisikan
diri pada pihak yang sama
·
Melibatkan
komunikan dalam pembelajaran
·
Menggunakan
sarana atau media yang membantu.
Itulah beberapa
bentuk penerapan komunikasi pembelajaran yang efektif dan bisa kamu terapkan
dalam konteks pembelajaran ataupun konteks yang lain. Tentunya para guru harus
benar-benar memahami bentuk komunikasi pembelajaran yang efektif agar mereka
bisa mengajar siswanya dengan baik dan benar. Jangan lupa untuk mempelajari
teori komunikasi intrapersonal supaya kamu bisa melakukan komunikasi
pembelajaran pada tiap siswa didik dengan lebih efektif.
L.
PERANAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
Ada
beberapa media yang dapat digunakan dalam komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat. Media ini meliputi:
1.
Media
Langsung
1)
Rapat-rapat
formal yang diselenggarakan sekolah dengan mengundang orang tua siswa dan
tokoh-tokoh masyarakat. Dalam rapat ini disampaikan program sekolah dalam upaya
peningkatan kegiatan dan mutu pendidikan.
2)
Pekan
pendidikan, pada saat ini sekolah menampilkan prestasi dan kreasi para siswa
sebagai sarana promosi sekolah.
3)
Hari
ulang tahun sekolah. Acara ini dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak.
4)
Karyawisata,
widyawisata gerak jalan atau sepeda santai bersama, dan lain-lain.
5)
Kunjungan
rumah (Home Visit) untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak didik
tertentu.
2.
Media
Tidak Langsung
Sekolah mengadakan hubungan dengan
masyarakat melalui:
1)
Media cetak berupa: bulletin atau majalah sekolah, Koran, brosur,
leaflet, atau booklet.
2)
Media elektronika : telepon, siaran radio dan televise, video
kaset, slide, dan computer.
M. KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Berdasarkan bagan diatas, keenam hal yang telah digambarkan tersebut
adalah komponen komunikasi. Penjelasan mengenai komponen tersebut secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber (Source) atau Sumber Berita
Merupakan tempat yang menunjuk pada asal diperolehnya suatu gagasan atau
ide.Sumber ini harus jelas, lengkap dan mudah dipahami. Jika misalnya pesan
yang diterima tidak jelas, kurang dimengerti, krang terperinci tentu akan
disampaikan pada orang lain dengan tidak jelas, bahkan dapat terjadi makin
tidak jelas.
2. Pengirim Berita
Pengirim pesan atau ide disebut sebagai komunikator atau coder. Seperti
telah disebutkan di atas, maka berita yang disampaikan kepada orang lain dapat
bertambah tidak jelas disebabkan karena pengirim beritanya. Oleh karena itu
bagian pengirim berita dituntut suatu persyaratan bahasa yang harus baik.
3.
Berita atau Pesan atau Isyarat (Message)
Berita yang disampaikan biasanya berbentuk symbol-simbol yang mengandung
arti. Pesan tersebut dapat berupa:
a. Gerak : Lambaian tangan,
anggukan kepala, kerlingan mata dan sebagainya.
b. Suara : Dentuman meriam, klakson, dering, lonceng,
bahasa, dan sebagainya.
c. Benda : Tanda, tulisan, bendera putih, sabuk hitam
dan sebagainya.
d. Media atau Sarana Yaitu benda yang digunakan untuk
menyampaikan berita misalnya, surat kabar (untuk berita tertulis), bahasa
bermakna, televisi (berita bergambar dan suara), seorang penyanyi dan
sebagainya.
4. Penerima Berita (Komunikan)
Yaitu orang yang diberi berita atau orang yang menjadikan sasaran untuk
dipengaruhi oleh pengirim berita.Dalam teori komunikasi antara pengirim berita
dengan penerima berita harus ada kepentingan bersama, ada saling pengertian dan
saling ketergantungan. Sebagai contoh jika tidak saling pengertian adalah
penyampaian berita yang terlalu cepat (bagi penerima) maka tidak akan dipahami
oleh penerima itu.
Tujuan Komunikasi
Seseorang yang mengirim berita tentu saja
mempunyai tujuan untuk mempengaruhi penerima
pesan atau berita tersebut. Misalnya seseorang guru yang mengajarkan suatu
pokok bahasan kepada siswa, maka disini guru berstatus sebagai pengirim berita
dan siswa sebagai penerima berita.Tujuan pengiriman pesan adalah perubahan
tingkah laku siswa dalam “memahami” sebagai respon dari pokok bahasan tersebut.
Komunikasi merupakan suatu yang
sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu
organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas yang
dikutip dari Fitrah (2012) mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
1. Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
seperti efektif dan efisien.
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di
mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
[1]
Salah satu teori belajar dalam kajian Psikologi yang menitikberatkan pada
proses mental, termasuk bagaimana orang memandang, berpikir, mengingat,
belajar, memecahkan masalah, dan mengarahkan perhatian mereka hanya kepada satu
stimulus dibandingkan stimulus lainnya. (Jean Piaget, 1954).
[2]
Komunikasi langsung dilakukan secara tatap muka dan tanpa media perantara
lainnya.
[3]
Teori ini menjelaskan bahwa bentuk paling sederhana dalam suatu proses belajar
adalah pengondisian. (Ivan Petrovich Pavlov, 1904).
DAFTAR RUJUKAN
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/manajemen/185-komunikasi-yang-efektif-dalam-pembelajaran
https://pakarkomunikasi.com/penerapan-strategi-komunikasi-dalam-pembelajaran
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-pembelajaran
https://www.scribd.com/document/85563669/Makalah-Komunikasi-Dalam-Proses-Pembelajaran
http://www.academia.edu/19978801/KOMUNIKASI_PENDIDIKAN_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN
http://www.academia.edu/22571709/KOMUNIKASI_EFEKTIF_DALAM_PEMBELAJARAN
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/22/konsep-dasar-komunikasi-pendidikan-2/
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/komunikasi-dalam-proses-pembelajaran/